Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Minggu, 20 April 2025

Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

 Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

Anak sulungku seorang anak perempuan yang cantik dan ceria. Sejak bayi hingga masa balitanya, ia selalu memancarkan keceriaan dan pesona yang sulit diabaikan. Wajahnya yang manis mencerminkan darah campuran Thionghoa dari ayahnya dan Jawa dari aku, ibunya. Karena sehari-hari lebih banyak berinteraksi denganku dan nenek dari pihak ibuku, ia tumbuh dengan logat Jawa yang kental meski tinggal di tanah Banten, di mana mayoritas orang berbicara dalam bahasa Sunda dan Indonesia.


Foto 1 : Perdana Konser Solo Drum (umur 4,5 tahun)
Serasa waktu berlalu begitu cepat. Saat usianya menginjak empat tahun, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia seni, khususnya musik. Kami mencoba berbagai kursus—menyanyi, piano, keyboard—namun tak satu pun yang membuatnya benar-benar tertarik. Sampai akhirnya dia memilih drum. Alat musik pukul yang mungkin terdengar tidak lazim untuk anak perempuan, justru menjadi media ekspresinya yang paling kuat. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir, ia sudah tampil tiga kali di konser umum.




(Foto 2: Konser ke- 2 di MCT,  umur 5.5 tahun)
(Foto 3: Bersama Coach Fahri dan Bp.Ir Purwa Tjaraka)

Ada hal unik lain tentang dirinya: kecintaannya pada bahasa dan budaya Jawa. Ia dengan fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa, membuat guru dan teman-temannya tercengang. Bagiku, itu adalah hal yang menyentuh—betapa anakku mampu merangkul warisan budaya meski berada jauh dari akarnya.
(Foto 4: Solo Drum, umur 6.5 tahun)

Kini, usianya sudah tujuh tahun. Ia memakai seragam putih merah dan melangkah ke dunia sekolah dasar. Perubahannya sangat terasa. Dari anak TK yang sangat tergantung pada orang tua, kini ia mulai menikmati dunianya sendiri. Ia lebih mandiri, mulai memiliki tanggung jawab ringan, berani mengutarakan pendapat, memutuskan sikap, bahkan menggali siapa dirinya sebenarnya.

Salah satu momen penting yang memengaruhi kedewasaannya adalah kehadiran adik perempuan yang terpaut hampir lima tahun dengannya. Ia mulai memahami bahwa perhatian orang tua kini harus dibagi. Kadang aku merindukan sifat manjanya, tetapi aku juga takjub melihatnya tumbuh menjadi kakak yang bisa mengatur diri dan membantu tanpa diminta.

(Foto 5: Kakak dan Adik)
Di sekolah, ia memiliki lebih banyak teman dibanding saat TK. Ia dikenal ceria dan terbuka. Ia menyapa siapa saja, bahkan mereka yang tidak menyukainya sekalipun. Ia berkata bahwa kita tidak harus menyukai semua orang, tapi tidak boleh membenci mereka. Suatu ketika, ia sangat sedih karena difitnah oleh seorang teman yang iseng padanya. Namun dari kejadian itu, ia belajar memilih pertemanan dengan bijak tanpa memusuhi siapa pun. 

Menjelang ulang tahunnya yang ketujuh, ia mengejutkanku dengan sebuah ide. Ia ingin merayakan dengan cara berbeda. Bukan pesta besar untuk satu kelas, melainkan mengundang 15 teman pilihannya dari berbagai kelas untuk memasak bersama. Ia ingin mereka belajar mengolah makanan—dalam hal ini pizza—agar bisa menghargai proses dan bersyukur atas makanan yang tersedia di salah satu gerai pizza. Sebagian besar nama temannya bahkan tidak kukenal. Tapi itulah dia—penuh kejutan, punya cara sendiri dalam menyayangi orang-orang di sekitarnya. Melihat semua ini, aku hanya bisa bersyukur. Ia mengajarkanku banyak hal tentang cinta, ketulusan, dan keberanian menjadi diri sendiri.

Untukmu, Kakak...

Hari ini kamu sudah berusia tujuh tahun. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu kecil, memelukmu setiap malam, dan membisikkan lagu nina bobo di telingamu. Sekarang kamu tumbuh jadi anak yang cerdas, penuh semangat, dan begitu lembut hatinya.

(Foto 6: Bersama teman-teman yg siap memasak bersama)
Ibu dan Ayah tidak pernah meminta kamu untuk menjadi sempurna. Kami hanya ingin kamu terus tumbuh menjadi dirimu sendiri—anak perempuan yang bahagia, yang tahu bahwa ia dicintai, dan yang berani mencintai dunia dengan caranya sendiri.

Kami harap, kamu tetap menjadi pribadi yang penuh kasih seperti sekarang. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda. Jadilah anak yang punya pendirian, tapi tetap rendah hati. Jadilah anak yang kuat, tapi juga tahu kapan harus menangis. Jadilah anak yang tahu caranya memberi, tanpa takut kehabisan cinta di dalam dirinya.

Dan jika suatu hari nanti kamu mulai ragu pada dirimu sendiri, ingatlah selalu: kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepada kami. Kamu sudah membawa begitu banyak pelajaran hidup, bahkan sebelum kamu bisa menuliskannya sendiri.

(Foto 7: Kerja Tim Bikin Pizza)
Kami, orang tuamu, akan selalu ada di belakangmu. Kadang kami salah, kadang kami tidak mengerti, tapi satu hal yang pasti: kami mencintaimu tanpa syarat..

Terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan tawa, cerita, dan pelajaran berharga.
Selamat ulang tahun, anakku.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih indah dengan kehadiranmu di dalamnya.

Terima kasih, Kakak, sudah hadir di hidup kami. Selamat menapaki usia baru. Langit luas menanti langkahmu—terbanglah setinggi yang kamu mau. Berkalem, Berkah Dalem.

0 komentar: