Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan
Anak sulungku seorang anak perempuan yang cantik dan ceria. Sejak bayi hingga masa balitanya, ia selalu memancarkan keceriaan dan pesona yang sulit diabaikan. Wajahnya yang manis mencerminkan darah campuran Thionghoa dari ayahnya dan Jawa dari aku, ibunya. Karena sehari-hari lebih banyak berinteraksi denganku dan nenek dari pihak ibuku, ia tumbuh dengan logat Jawa yang kental meski tinggal di tanah Banten, di mana mayoritas orang berbicara dalam bahasa Sunda dan Indonesia.
![]() |
Foto 1 : Perdana Konser Solo Drum (umur 4,5 tahun) |
![]() |
(Foto 4: Solo Drum, umur 6.5 tahun) |
Salah satu momen penting yang memengaruhi kedewasaannya adalah kehadiran adik perempuan yang terpaut hampir lima tahun dengannya. Ia mulai memahami bahwa perhatian orang tua kini harus dibagi. Kadang aku merindukan sifat manjanya, tetapi aku juga takjub melihatnya tumbuh menjadi kakak yang bisa mengatur diri dan membantu tanpa diminta.
![]() |
(Foto 5: Kakak dan Adik) |
Menjelang ulang tahunnya yang ketujuh, ia mengejutkanku dengan sebuah ide. Ia ingin merayakan dengan cara berbeda. Bukan pesta besar untuk satu kelas, melainkan mengundang 15 teman pilihannya dari berbagai kelas untuk memasak bersama. Ia ingin mereka belajar mengolah makanan—dalam hal ini pizza—agar bisa menghargai proses dan bersyukur atas makanan yang tersedia di salah satu gerai pizza. Sebagian besar nama temannya bahkan tidak kukenal. Tapi itulah dia—penuh kejutan, punya cara sendiri dalam menyayangi orang-orang di sekitarnya. Melihat semua ini, aku hanya bisa bersyukur. Ia mengajarkanku banyak hal tentang cinta, ketulusan, dan keberanian menjadi diri sendiri.
Untukmu, Kakak...
Hari ini kamu sudah berusia tujuh tahun. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu kecil, memelukmu setiap malam, dan membisikkan lagu nina bobo di telingamu. Sekarang kamu tumbuh jadi anak yang cerdas, penuh semangat, dan begitu lembut hatinya.
![]() |
(Foto 6: Bersama teman-teman yg siap memasak bersama) |
Dan jika suatu hari nanti kamu mulai ragu pada dirimu sendiri, ingatlah selalu: kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepada kami. Kamu sudah membawa begitu banyak pelajaran hidup, bahkan sebelum kamu bisa menuliskannya sendiri.
![]() |
(Foto 7: Kerja Tim Bikin Pizza) |
Terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan tawa, cerita, dan pelajaran berharga.
Selamat ulang tahun, anakku.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih indah dengan kehadiranmu di dalamnya.
Terima kasih, Kakak, sudah hadir di hidup kami. Selamat menapaki usia baru. Langit luas menanti langkahmu—terbanglah setinggi yang kamu mau. Berkalem, Berkah Dalem.
0 komentar:
Posting Komentar