This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Minggu, 20 April 2025

Harmoni dalam Pelayanan




(Foto 1: Partisipasi dalam Membaca Puisi) 


Di lorong-lorong sunyi penuh harap,
Langkah berpadu, hati menyatu mantap,
Mereka datang bukan sekadar bekerja,
Tapi membawa cinta dalam setiap kata.

Tak peduli warna kulit atau suara,
Tak penting asal-usul atau budaya,
Di mata mereka—pasien adalah jiwa,
Yang layak disembuhkan, dijaga, dan dijaga.

Tangan-tangan cekatan menyalurkan harapan,
Dalam denyut nadi dan senyum menenangkan,
Meski di luar badai terus menerpa,
Mereka tetap berdiri, tak pernah goyah rasa.

Karena ikhlas adalah nafas pertama,
Dan senyum adalah bahasa semesta,
Di balik masker, tersimpan ketulusan,
Yang tak tampak, tapi menghidupkan harapan

Di lorong putih harapan menyala,
derap langkah tak pernah sendiri,
kami berdiri bukan hanya sebagai insan,
tapi jiwa-jiwa yang terpaut visi.

Tak kami tanya dari mana kau datang,
tak kami beda warna kulit, bahasa, atau budaya,
karena sakit tak kenal golongan,
dan kami di sini — untuk semua, setara adanya.

Dalam tiap sentuhan, senyum pun bicara,
meski lelah kadang menyapa jiwa,
di balik masker ada hati yang terbuka,
melayani dengan ikhlas, tulus tanpa jeda.

Bersama, kami bukan sekadar tim,
kami harmoni dalam irama yang sama,
mengobati tak hanya dengan ilmu,
tapi dengan cinta, doa, dan rasa percaya

Ada badai di luar ruang kerja,
namun kami tak goyah dalam tugas mulia,
karena kami tahu, harapan itu nyata
saat pasien pulang dengan tawa.

Saling menopang di tengah tekanan,
Saling menguatkan saat lelah menjeratkan,
Tim yang berbeda, tapi satu tujuan,
Melayani hidup, dengan hati yang tulus dan ringan.

Mereka bukan sekadar petugas atau tenaga,
Mereka pelita di ruang penuh asa,
Bekerja bukan karena terpaksa,
Tapi karena cinta pada sesama manusia.

Dalam langkah yang satu irama,
terpadu hati, menyatu jiwa,
tak kenal lelah, tak hitung daya,
kami berjalan demi cinta yang nyata.

Di tengah gelap, kami membawa cahaya,
dalam riuh, kami bisikkan asa.
Setiap tangan yang terulur,
adalah janji yang kami jaga sepenuh nur.

Tak sendiri meniti jalan,
karena kami adalah pelita dalam pelayanan.
Satu tujuan, satu semangat,
menyulam kasih tanpa syarat.

Ciputra Hospital jadi ladang pelayanan,
dengan misi yang tak sekadar ucapan,
kami hidupkan visi dalam tindakan,
demi kesehatan yang menyentuh kehidupan

Dan di sana, di setiap tawa dan air mata,
kami temukan harmoni yang tak ternoda,
karena dalam kebersamaan yang tulus dan murni,
pelayanan menjadi puisi yang abadi.


Ciakar, 13 April 2025
Seruan kami, pelita bergaris putih


(Foto 2: Bersama partner dalam berpuisi)

(Foto 3: Menjadi Salah Satu Puisi Pilihan, foto bersama Direktur RS)




Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

 Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

Anak sulungku seorang anak perempuan yang cantik dan ceria. Sejak bayi hingga masa balitanya, ia selalu memancarkan keceriaan dan pesona yang sulit diabaikan. Wajahnya yang manis mencerminkan darah campuran Thionghoa dari ayahnya dan Jawa dari aku, ibunya. Karena sehari-hari lebih banyak berinteraksi denganku dan nenek dari pihak ibuku, ia tumbuh dengan logat Jawa yang kental meski tinggal di tanah Banten, di mana mayoritas orang berbicara dalam bahasa Sunda dan Indonesia.


Foto 1 : Perdana Konser Solo Drum (umur 4,5 tahun)
Serasa waktu berlalu begitu cepat. Saat usianya menginjak empat tahun, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia seni, khususnya musik. Kami mencoba berbagai kursus—menyanyi, piano, keyboard—namun tak satu pun yang membuatnya benar-benar tertarik. Sampai akhirnya dia memilih drum. Alat musik pukul yang mungkin terdengar tidak lazim untuk anak perempuan, justru menjadi media ekspresinya yang paling kuat. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir, ia sudah tampil tiga kali di konser umum.




(Foto 2: Konser ke- 2 di MCT,  umur 5.5 tahun)
(Foto 3: Bersama Coach Fahri dan Bp.Ir Purwa Tjaraka)

Ada hal unik lain tentang dirinya: kecintaannya pada bahasa dan budaya Jawa. Ia dengan fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa, membuat guru dan teman-temannya tercengang. Bagiku, itu adalah hal yang menyentuh—betapa anakku mampu merangkul warisan budaya meski berada jauh dari akarnya.
(Foto 4: Solo Drum, umur 6.5 tahun)

Kini, usianya sudah tujuh tahun. Ia memakai seragam putih merah dan melangkah ke dunia sekolah dasar. Perubahannya sangat terasa. Dari anak TK yang sangat tergantung pada orang tua, kini ia mulai menikmati dunianya sendiri. Ia lebih mandiri, mulai memiliki tanggung jawab ringan, berani mengutarakan pendapat, memutuskan sikap, bahkan menggali siapa dirinya sebenarnya.

Salah satu momen penting yang memengaruhi kedewasaannya adalah kehadiran adik perempuan yang terpaut hampir lima tahun dengannya. Ia mulai memahami bahwa perhatian orang tua kini harus dibagi. Kadang aku merindukan sifat manjanya, tetapi aku juga takjub melihatnya tumbuh menjadi kakak yang bisa mengatur diri dan membantu tanpa diminta.

(Foto 5: Kakak dan Adik)
Di sekolah, ia memiliki lebih banyak teman dibanding saat TK. Ia dikenal ceria dan terbuka. Ia menyapa siapa saja, bahkan mereka yang tidak menyukainya sekalipun. Ia berkata bahwa kita tidak harus menyukai semua orang, tapi tidak boleh membenci mereka. Suatu ketika, ia sangat sedih karena difitnah oleh seorang teman yang iseng padanya. Namun dari kejadian itu, ia belajar memilih pertemanan dengan bijak tanpa memusuhi siapa pun. 

Menjelang ulang tahunnya yang ketujuh, ia mengejutkanku dengan sebuah ide. Ia ingin merayakan dengan cara berbeda. Bukan pesta besar untuk satu kelas, melainkan mengundang 15 teman pilihannya dari berbagai kelas untuk memasak bersama. Ia ingin mereka belajar mengolah makanan—dalam hal ini pizza—agar bisa menghargai proses dan bersyukur atas makanan yang tersedia di salah satu gerai pizza. Sebagian besar nama temannya bahkan tidak kukenal. Tapi itulah dia—penuh kejutan, punya cara sendiri dalam menyayangi orang-orang di sekitarnya. Melihat semua ini, aku hanya bisa bersyukur. Ia mengajarkanku banyak hal tentang cinta, ketulusan, dan keberanian menjadi diri sendiri.

Untukmu, Kakak...

Hari ini kamu sudah berusia tujuh tahun. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu kecil, memelukmu setiap malam, dan membisikkan lagu nina bobo di telingamu. Sekarang kamu tumbuh jadi anak yang cerdas, penuh semangat, dan begitu lembut hatinya.

(Foto 6: Bersama teman-teman yg siap memasak bersama)
Ibu dan Ayah tidak pernah meminta kamu untuk menjadi sempurna. Kami hanya ingin kamu terus tumbuh menjadi dirimu sendiri—anak perempuan yang bahagia, yang tahu bahwa ia dicintai, dan yang berani mencintai dunia dengan caranya sendiri.

Kami harap, kamu tetap menjadi pribadi yang penuh kasih seperti sekarang. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda. Jadilah anak yang punya pendirian, tapi tetap rendah hati. Jadilah anak yang kuat, tapi juga tahu kapan harus menangis. Jadilah anak yang tahu caranya memberi, tanpa takut kehabisan cinta di dalam dirinya.

Dan jika suatu hari nanti kamu mulai ragu pada dirimu sendiri, ingatlah selalu: kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepada kami. Kamu sudah membawa begitu banyak pelajaran hidup, bahkan sebelum kamu bisa menuliskannya sendiri.

(Foto 7: Kerja Tim Bikin Pizza)
Kami, orang tuamu, akan selalu ada di belakangmu. Kadang kami salah, kadang kami tidak mengerti, tapi satu hal yang pasti: kami mencintaimu tanpa syarat..

Terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan tawa, cerita, dan pelajaran berharga.
Selamat ulang tahun, anakku.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih indah dengan kehadiranmu di dalamnya.

Terima kasih, Kakak, sudah hadir di hidup kami. Selamat menapaki usia baru. Langit luas menanti langkahmu—terbanglah setinggi yang kamu mau. Berkalem, Berkah Dalem.