This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Sabtu, 21 November 2009

Pandangan Hidup Ini


Segala sesuatunya berhulu pada pandangan-hidup. Kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang rasanya cocok, sesuai dengan kondisi fisiko-mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat kalau kendati sesuatu rasanya cocok, ia belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang rasanya cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain; bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat berhati-hati.

Kondisi fisiko-mental kita selalu berubah-ubah. Sesuatu yang tadinya terasa amat cocok, bisa berubah drastis kini; sesuatu yang kini terasa amat cocok, bisa samasekali tidak cocok besok. Sementara itu pandangan-hidup tidaklah bisa serta-merta dirubah-rubah untuk selalu disesuaikan dengannya. Sekedar untuk bisa menerima dan meresapi suatu pandangan-hidup tertentu saja, tidaklah mudah dan butuh tak sedikit waktu. Singkatnya, kita hendak mengadopsi sesuatu yang tidak sekedar rasanya cocok, namun yang jelas-jelas baik buat kita dan sebanyak-banyaknya orang. Tapi jangan salah lagi disini; sesuatu yang baik buat sebanyak-banyaknya orang, bukan saja belum tentu baik juga buat kita, namun ia tidak berarti bahwa kita harus ikut-ikutan menganut pandangan-hidup yang dianut oleh banyak orang. Sebab, sangat boleh jadi mereka menganutnya hanya lantaran terlahir dan terjebak di lingkungan penganut pandangan-hidup itu, atau sekedar ikut-ikutan saja.

Yang menganut pandangan-hidup tertentu, akan menganut prinsip-hidup tertentu. Prinsip-hidup inilah yang selalu akan menjadi orientasi-utama seseorang di dalam menjalani hidupnya. Misalnya, seseorang yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini sebagai kesempatan-emas untuk meningkatkan martabat-kelahirannya, maka ia akan berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan guna mengisi kesempatan-emas ini, dimana setiap pemikiran, ucapan dan tindakannya akan selalu ia orientasikan pada yang baik dan bermanfaat untukmeningkatkan martabat-kelahirannya. Lain lagi halnya dengan mereka yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini hanya sekali saja, misalnya. Mereka ini bisa saja juga berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan yang ada, namun guna memperkaya diri sehingga bisa bersenang-senang, bisa memenuhi setiap keinginannya, bisa memuaskan setiap dorongan nafsu-idriawinya. Semua ini mereka lakukan atas-nama menikmati hidup yang hanya sekali ini saja. Itulah yang menjadi orientasi-utama dari setiap pemikiran, ucapan dan tindakan mereka; itulah yang menjadi orientasi-utamanya di dalam menjalani kehidupannya ini.

Orientasi-utama seseorang di dalam menjalani kehidupannya dengan jelas mengekspresikan tujuan-hidup-nya, tujuan yang ia tetapkan berdasarkan pandangan-hidup-nya. Jadi semakin jelas bagi kita kini keterkaitan-erat antara pandangan-hidup, prinsip-hidup, jalan-hidup dan tujuan-hidup. Disadari atau tidak, setiap orang akan selalu berjalan mengarah kepada tujuannya masing-masing. Terlepas dari ras, kebangsaan, etnis, agama, jender, usia, tingkat pendidikan, bidang profesi pun kepribadian masing-masing orang”yang menentukan bagaimana caranya meraih tujuan-hidup-nya itu”rumusan ini tetap berlaku. Ia bersifat universal. Makanya, di dalam memilih, terlebih lagi memilih sebentuk pandangan-hidup”yang nantinya akan sangat menentukan jalan-hidup kita, kita perlu melengkapi diri dengan kemampuan memilah-milah antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang asli dan yang palsu, antara yang sejati dan yang semu. Umumnya, kemampuan ini kita peroleh dari pengalaman dan pengetahuan kita. Namun, hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan kita”yang sangat terbatas”saja, hanya untuk memperoleh kemampuan memilah-milah ini saja, bisa menghabiskan seluruh usia kita. Lantas kapan kita sempat menetapkan suatu pandangan-hidup tertentu untuk dijalani?

Surat Wasiat

KETAMAKAN

Lukas 12:13-21

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan ....”

(Luk. 12:15)

Satu kelemahan dari zaman kita ialah ketidakmampuan yang mencolok untuk membedakan kebutuhan dan ketamakan, demikian ujar Don Robinson, seorang pebisnis.

Seseorang tiba-tiba datang kepada Yesus dan meminta-Nya untuk membantu masalah yang sedang dihadapinya, yakni soal warisan keluarga. Namun Yesus rupanya tidak mau campur tangan dalam persoalan pembagian harta warisan tersebut. Ia justru mengajar orang banyak tentang bagaimana bersikap terhadap harta dan godaan ketamakan. Ia menceritakan perumpamaan tentang seorang yang sangat berlimpah harta bendanya, yang berencana merombak lumbung-lumbungnya lebih besar agar bisa menyimpan harta bendanya yang banyak tersebut. Sama sekali tidak ada dalam pikirannya bahwa di sekelilingnya ada banyak orang yang mati karena kelaparan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah menimbun, menimbun, dan menimbun segala kekayaannya. Ia lupa, bahwa malam itu juga ia bisa berhadapan dengan kematian.

Tuhan Yesus tidak menentang seseorang bekerja untuk menjadi kaya. Bukan kekayaan manusia, tetapi ketamakan manusia yang ditentang-Nya. Ketamakan akan merintangi seseorang untuk berbagi kepunyaannya demi menolong sesamanya yang membutuhkan. Pernahkah kita merasa menyesal ketika memberikan uang kita demi menolong orang lain yang menderita? Kalau kita menjawab Ya, hati-hati, godaan ketamakan mulai mengintai kita.

DOA:

Bapa, sadarkan kami untuk tidak menjadi tamak. Amin

Kamis, 19 November 2009

Search Jalan LurusMu


Kehidupan kita manusia memang terdapat bermacam-macam jalan. Jalan yang ditentukan sendiri oleh manusia berdasarkan keinginan dan tuntutan-tuntutan pribadi, jalan yang dilalui oleh masyarakat dan rakyat, jalan yang dilewati oleh orang-orang tua dan orang-orang bijak kita, jalan yang digariskan untuk masyarakat dan penguasa , jalan kelezatan lahiriyah duniawi, atau jalan pengasingan diri dari segala bentuk aktifitas sosial. semua adalah pilihan kita untuk mengikutinya.

Mencoba menterjemahkan maksud dari jalan lurus adalah jalan tengah dan moderat. Jalan yang lurus berarti jalan kesimbangan dan kemoderatan di dalam segala urusan, dan keterjauhan dari segala bentuk ekstrimitas. Sebagian orang dalam menerima pokok-pokok keimanan, mengalami penyimpangan, sementara sebagian yang lain dalam amal perbuatan dan akhlak, dan yang lain menisbahkan segala perbuatan kepada Tuhan, sehingga menurut mereka manusia tak lagi memiliki kehendak atau peran dalam menentukan nasib sendiri; sedangkan orang lain ada pula yang menganggap dirinyalah yang menentukan segala urusan dan setiap pekerjaan, sehingga menurut mereka Tuhan tak lagi memiliki peran sama sekali dalam hal itu.

Dalam hidup dan memilih jalan hidup juga dalam berusaha bertahan untuk tetap berada di atas jalan yang lurus, kita harus memohon pertolongan dari Tuhan. Karena kita selalu berada dalam ancaman kekeliruan dan ketersesatan. Dan jangan dikira bahwa jika selama ini kita tak pernah mengalami kesesatan dan penyimpangan lalu kita akan selamnya berada di atas jalan kehidupan yang lurus. Betapa banyak diantara kita, manusia, yang telah melewati sebagian umurnya dengan iman, namun ketika telah memperoleh kekayaan atau pengkat kedudukan, maka ia melupakan Tuhan.

YA Tuhan ku, Tunjukan diri ini jalan yang lurus, walau seribu coba dan goda datang silih berganti beri petunjuk agar akhir hidup hamba menjadi baik, itulah salah satu doa yang selalu saya panjatkan setiap berdoa. ketika seorang berjalan dalam jalan yang lurus akan datang seribu coba dan Godaan. Cobaan akan kesenangan dan kesusahaan, walau sebenarnya semua itu adalah semu.

Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati


Manusia dididik sejak kecil untuk menjadi orang yang berguna, pintar dan mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya dengan penuh tanggung jawab ketika mereka beranjak menjadi dewasa. Berbagai macam pendidikan juga ditempuh agar kemampuan berpikir mereka dapat meningkat sehingga bisa meraih posisi yang cukup tinggi dalam pekerjaannya masing-masing. Semakin banyak ilmu yang mereka dapatkan, semakin tinggi pula kemampuan dari cara berpikir mereka. Ini akan membuat mereka dapat diterima secara layak dalam posisi yang cukup strategis.

Menjadi pintar dan mendapat posisi yang tinggi bukanlah sesuatu yang membuat umat Tuhan berdosa di hadapanNya. Yang terpenting di atas segalanya adalah kita dapat tetap menjaga agar hati kita bersih di hadapanNya. Jangan sampai kepintaran dan kemampuan yang kita miliki membuat jalan kita menjauh daripada Tuhan. Seringkali kepintaran manusia membuat manusia berpikir bahwa setiap keputusan yang diambilnya adalah benar. Kepintaran manusia dapat membutakan mata hatinya sehingga mereka tidak dapat melihat bahwa jalan yang diambilnya adalah salah. Posisi atau kedudukan yang tinggi juga dapat membuat manusia menjadi sombong atas apa yang telah diperolehnya, sehingga tanpa sadar mereka menempuh jalan yang telah menyimpang dari Tuhan.



Kamis, 25 Juni 2009

PENCERAHAN

Banyak definisi tentang pencerahan/enlightenment yang berkembang dimasyarakat, salah satunya Immanuel Kant, yang memberi definisi pencerahan sebagai : keluarnya manusia dari ketidakmatangan yang diciptakannya sendiri. Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmampuan seseorang menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain. Ketidakmatangan semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tetapi karena kurangnya determinasi dan keberanian menggunakan pemahaman sendiri. Motto pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah menggunakan pemahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).

Dari definisi ini kita melihat bahwa Kant menganggap pencerahan bukan semata-mata kondisi intelektual di mana seseorang merasa terbebaskan berpikir dan bertindak, tetapi yang terpenting adalah bahwa pencerahan itu berarti kematangan berpikir dan sanggup melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Yang dimaksud “bantuan orang lain” di sini adalah penggunaan otoritas luar secara berlebihan sehingga menghalangi seseorang berpikir independen. Inti pencerahan bukanlah pemikiran itu sendiri, tetapi bagaimana seseorang berani menggunakan akal-pikirannya (sapere aude!).

Pendapat lain mendefinisikan Pencerahan sebagai suatu pengalaman yang dipicu oleh stimulus dari luar kemudian terjadi proses kematangan kesadaran akan kebenaran, pemahaman nyata, perbaikan diri , adanya sesuatu yang agung/luarbiasa/diluar nalar dan logika yang menimbulkan perbaikan diri dan terbukanya pola pikir dan bertindak yang baru akan konsep diri, hidup, Ketuhanan, lingkungan dan universal yang bersifat mikrokosmos dan makrokosmos.

Seringkali kita dihadapkan pada suatu masalah/pilihan/kebimbangan dan keraguan yang membawa diri kita pada suatu dilema dan mempertanyakan mengapa semua masalah/pilihan/kebimbangan/keraguan ini terjadi pada diri kita? Bahkan ada pertanyaan siapakah yang mengatur semua kejadian (misal, kita tidak pernah meminta jadi pria/wanita) dan rahasia alam ini? Atau belum adanya pemahaman dan kesadaran atas konsep kepasrahan serta keiklasan diri pribadi yang sering menimbulkan keresahan, ego, emosi negatif dan konflik diri.

Beberapa pemahaman yang berdasarkan ritual, turun temurun atau tradisi, ataupun suatu dogma membawa kepada suatu perubahan pada pola berpikir yang kini mulai banyak dipertanyakan, mulai berani dikupas, di ulas dalam berbagai tulisan, diskusi kelompok maupun dalam berbagai seminar. Semua ini merupakan cerminan adanya suatu perubahan pola pikir dan pemahaman baru yang boleh dibilang sebagai suatu pencerahan.

Jadi pencerahan disini bisa diartikan sebagai munculnya pemahaman baru, pengertian baru, menjadi manusia baru, cara pandang baru ataupun suatu perubahan mendasar dari cara-cara lama ke cara pandang dan pemahaman baru yang bersifat membangun /memberi suatu pelajaran (instructive).

Pencerahan/enlightenment menjadi momok yang banyak dibicarakan dan dikejar karena adanya realitas baru dalam tatanan sosial masyarakat yang mulai sadar arti keberagaman, peningkatan spiritual, kesadaran pribadi dan hukum universal. Kesadaran tentang diri pribadi sebagai manusia yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan spiritualnya, kesadaran akan keesaan Tuhan dan realitas alam semesta beserta semua rahasiaNya, kesadaran akan peningkatan pengetahuan dan semua hukum universal yang membawa manusia kepada pencerahan.

Melalui pengetahuan yang terus berkembang banyak hal, tradisi, dogma2, realitas spiritual, rahasia alam semesta dan universal mulai terkuak atau terbuka baik melalui seminar2, forum diskusi, meditasi ataupun pengalaman nyata, semua hal yang dulunya terselubungi menjadi lebih jelas dan terbuka. Manusia mulai membangkitkan pengetahuan dirinya untuk menggunakan nalar dan akal bebasnya sehingga mendapatkan suatu pemahaman baru yang terbebas dari intervensi pihak lain.

Pencerahan mendasar dalam diri pribadi dapat diawali dengan munculnya kesadaran akan misi hidup di dunia saat ini, kesadaran bagaimana ego diri harus dinihilkan dan di satukan dengan ego ilahi untuk bisa mencapai kebahagiaan tak terbatas, kesadaran akan hikmah atas suatu kejadian, kemampuan pengendalian diri dan mempertahankan sikap pasrah dan iklas, kesadaran untuk bersikap welas asih termasuk dalam pencerahan terhadap konsep diri pribadi.(bab 1)

Seperti yang dialami oleh seorang sahabat yang baru pertama kalinya merasakan arti kenikmatan hidup berbagi. Dimana pengalaman ini terjadi begitu saja dalam kesehariannya yang tidak di sadari membawa perubahan dalam dirinya. Suatu pencerahan.

Begini, pada suatu minggu siang sahabat saya sedang berjalan menyusuri kompleks pertokoan onderdil dan assesories kendaraan bersama anak lelakinya yang berusia sepuluh tahunan. Setelah cukup lama berjalan menyusuri pertokoan tersebut dan telah mendapatkan apa yang dicarinya, tiba-tiba sang anak meminta uang sebesar lima ribu rupiah. Sang ayah tentu saja heran dan bertanya untuk apa uang tersebut ? Sang anak menyebut untuk membeli sebungkus roti manis seharga tiga ribu rupiah dan sebotol air mineral dari pedagang asongan yang ada disampingnya. Sang ayah tidak memberi dengan mengatakan : Nak, tahanlah laparmu , sebentar lagi kita akan makan di restaurant X ( sambil menyebut restaurant franchaise yang sangat terkenal). Roti tadi itu murah, pasti tidak enak nak, dan pasti tidak bergizi. Begitu alasan sang ayah. “ Bukan untukku Yah” kata sang anak. “Lalu untuk siapa?” Tanya sang ayah sambil membayar assesories mobil yang telah dipilihnya sejumlah tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Itu untuk kakek itu yah! Tunjuk si anak kearah seorang kakek gelandangan yang tampak sedang mengais tong sampah yang terletak di toko sebelah. Jangan Nak, kakek itu gila, jorok dan sepertinya berbahaya. Tuduh sang ayah sambil berjalan kearah mobilnya. Sang anak diam saja sambil mengikuti sang ayah menuju mobilnya.

Sang anak mengambil uang sebesar lima ribu dari dalam tasnya dan bergegas berlari kearah penjual roti untuk membeli sebungkus roti dan sebotol air mineral dan segera memberikan kepada sang kakek gelandangan tadi. Sang kakek terlihat meneteskan air mata dan menengadahkan tangannya mendoakan sang anak agar menjadi anak yang berbahakti kepada orang tuanya dan dimurahkan rejeki oleh Tuhan yang maha esa serta mengakhirinya dengan ucapan terima kasih. Lalu sang anak kembali kepada sang ayahnya dan berterima kasih kepada sang ayah yang telah menunggunya. Sang anak berkata: ”Terima kasih Yah, tadi aku telah didoakan oleh kakek tadi menjadi anak yang berbhakti kepada orang tua dan murah rejeki nantinya. Pasti Tuhan akan mendengar doa kakek tadi yang iklas mendoakan aku ya yah?” Ucap anak itu.

Begitu terharunya sang ayah akan peristiwa tadi yang telah menyadarkannya untuk bisa berbagi, berempati, lebih memperhatikan orang tuanya yang telah tiga tahun tidak pernah ditengoknya dan betapa malunya ia pada sang anak yang telah mengorbankan uang sakunya demi menolong orang. Dan betapa berartinya pemberian kecil tadi bagi si kakek tersebut. Sebuah pencerahan bagi sang ayah. Kini sang ayah lebih menghargai setiap rejeki yang di dapatnya, lebih perhatian kepada orang tuanya dan menghormati seseorang tidak lagi dari penampilannya tetapi dari kekayaan hatinya. Sebuah pembelajaran yang sangat berharga.

Pencerahan akan konsep spiritual dan ketuhanan bisa berupa kesadaran ke “Maha” kuasa/esa/bijaksana – an Tuhan selaku Kreator seluruh kejadian dan alam semesta. Kesadaran bahwa adanya hidup setelah kematian, penerimaan akan adanya alam lain/gaib diluar alam manusia, Pemahaman kemana selanjutnya roh kita akan menuju, sehingga dengan pengetahuan, pemikiran dan akal bebasnya manusia bisa menemukan jawaban atas semua hal tersebut. (bab II)

Beberapa kali kejadian fenomena kesurupan masal terjadi di beberapa tempat yang seakan menyadarkan betapa sudah tidak diperhatikannya keberadaan mahluk lain selain manusia yang ada disekitar kita. Fenomena kesurupan massal seakan merupakan bentuk protes dari mahluk gaib akan pengakuan keberadaan mereka dan juga seolah-olah bentuk protes mereka kepada mahluk yang namanya manusia untuk menghormati dan saling menjaga keseimbangan alam. Karena tidak dipungkiri bahwa seluruh alam terhubung secara energi. Penghancuran suatu komunitas alam akan mempengaruhi komunitas lainnya juga, secara energi baik langsung maupun tidak langsung. Pengerusakan alam sehingga menimbulkan kebakaran, banjir dll juga mengakibatkan dan mengguncang alam gaib karena adanya hukum keterhubungan energi tadi.

Pencerahan dalam hubungannya dengan alam semesta atau universal memberikan suatu pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga keselarasan, kelestarian dan keseimbangan alam semesta. Pemahaman bahwa Tuhan menciptakan berbagai macam energi yang ada di alam untuk bisa dimanfaatkan dan memiliki saling keterhubungan yang juga harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manuasia. Kesadaran akan kesalahan pengeksploitasian dan diabaikannya keseimbangan alam selama ini mulai menyadarkan banyak orang akan efek Global warming. Ini salah satu contoh pencerahan akan keseimbangan alam yang harus dijaga dan di atur pemanfaatannya secara arif dan bijak.

Jika kita sadar betapa singkatnya hidup kita dan betapa barharganya waktu hidup kita, maka tak pelak lagi banyak orang yang berusaha memperbaiki kualitas hidupnya untuk bisa bertemu dan kembali kepada sang Khalik. Hierarki pencerahan itu berupa pencerahan terhadap misi pribadi, pemahaman mengenai manusia, pemahaman mengenai hidup, pemahaman tentang Tuhan, pencerahan spiritual. Namun di atas itu semua Pencerahan itu membawa kepada peningkatan pengetahuan dan proses peningkatan ruh untuk kembali dan untuk bisa bertemu Sang Khalik.

Dalam bab bab selanjutnya penulis mencoba menyuguhkan bagaimana dan proses yang harus dilalui dan dilakukan guna menuju pencerahan yang diharapkan. Kembali kepada kesadaran awal sebagai manusia yang diberikan kehendak bebasnya untuk mengeksplorasi semua hal maka yang dibutuhkan disini adalah keterbukaan pikiran dan penerimaan secara iklas setiap bentuk realitas yang terjadi

Senin, 02 Februari 2009

hatiku Untuk mu kasih...




tadi pagi,,,,,
kukatakan kepadanya,,,,
tentang bait-bait syair…
dengan menghela nafas…..

malam-malam penantian terasa begitu lambat….
seolah tak mengerti tentang perasaan hatiku,,,,,
kuharap tidak meninggalkanku….
karena begitu sunyi…..

entahlah,,,,
apakah ini akan berarah…
seperti perahu yang berlayar,,,,
hingga ke tujuan atau terdampar,,,

atau seperti embun,,,
yang jika tetap pagi,,,,
akan terasa dingin…
atau menguap karena sinar…

benarkah aku melihat cahaya,,,
atau hanya sekedar lalu saja….
dan tergantikan…
tapi telah sewindu lamanya,,,,

purnama yang kurindu,,,
masih lebih sering kutemui,,,
dan malam-malam….
masih tetap merindu…

ingin kuungkapkan segalanya,,,
apakah masih bisa…
jika aku hanyalah sebatas…
dan ia melambung ke angkasa…

SAYANG

andai benar aku ini
seperti mana kau bisikkan
mengapa sanggup kau luluhkan
perasaan ini? jujurkah engkau
membicarakan tentang cinta
sedang apa yang terjadi
kau biarkan aku kehausan
dalam mengenal cinta itu
andai benar aku ini
pencintamu yang sejati
mengapa kau padamkan
api semarak yang kutiupkan
andai benar kau pencinta ku
mengapa harus kau tutupkan
nafas yang berhembus dalam
nafas mu..
lantas aku kau biarkan
ketindihan dan kepayahan..
mengapa sayang..?