Gunung Brintik, Senin 01 Desember 2008 Pukul 17.00 WIB Sanggar Serabi, layaknya sebuah rumah yang di cat berbagai warna yang mencolok dengan...
Depot Prakata
Shaloom, Selamat datang di Blog Theresia Endah Purnomo Sarie, Blog ini berisi karya-karya kecil yang di tulis untuk meneteskan memory kejadian, perasaan, atau suka cita, dan duka diri secara positif dan reflektif.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Pro Ecclesia Et Patria
Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.
Nuansa Paskah tahun ini berbarengan dengan momentum kelahiran anak kedua, setahun yang lalu. Nah, biasanya hari ulang tahun adalah saat yang ditunggu-tunggu karena identik dengan perayaan, pesta, kado dan makanan enak. Belum lagi ucapan selamat dan doa-doa yang diberikan dari orang sekitar, membuat hari ulang tahun terasa begitu spesial.
Namun perayaan hari ulang tahun tidak harus dirayakan secara mewah dan meriah. Yang terpenting hari ulang tahun menjadi momen untuk mengingatkan kita bahwa pertambahan usia harus disertai dengan perubahan sifat dan sikap yang lebih baik, dan cukup dirayakan secara sederhana dengan keluarga apalagi usia yang baru pecah telor alias baru merayakan ulang tahun pertama.
Tahun 2024 ini menjadi lebih unik dan ringan, karena perayaan ulang tahun yang boleh dirayakan bersama keluarga, anak-anak BIA Lingkungan, dan sudah tidak nomaden. 👍 Perayaan ulang tahun anak kedua ini tidak seribet persiapan ulang tahun anak pertama, karena anak pertama sudah bisa membantu, dan perayaan ini benar-benar tanpa campur tangan keluarga diluar keluarga inti. Kakak yang sangat antusias membantu mengatur acara, meramaikan suasana, dan bisa mengajak adiknya untuk diajarkan cara bersenang-senang di pesta ulang tahunnya. Terimakasih sudah tumbuh dan berkembang dengan baik sampai di tahun pertama ini ya, Nak! Semoga panjang umur, sehat selalu, tumbuh dengan baik, cerdas. Selamat datang di masa Batita ya Bitta! Kompak terus sama kakak ya. Lanjutkan ya nak, happy di masa Balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, entah nanti berkeluarga atau membiara!
sudah lama aku tidak menyentuh laman ini. Sungguh, menjalani sebagai istri, ibu, dan pekerja itu tidak mudah, sama seperti menjalani hidup apabila menjadi ibu rumah tangga 24 jam, pasti makin ga mudah. Semua ibu didunia ini ternyata hebat-hebat.
Tahun 2022 merupakan tahun pengulangan dari 6 tahun silam, perbedaannya adalah yang lalu aku berperan sebagai calon ibu yang sedang menantikan putri pertamanya lahir kedunia, dan persiapan untuk menghadapi peran baru yaitu menjadi seorang Ibu. Saat itu aku meliburkan diri dari profesi sejenak selama kehamilan, berbeda dengan saat ini yang aku lalui bersama profesi dengan beragam persoalan yang ada.
Suatu hari, aku masih sibuk dengan persoalan Covid-19 yang masih tak terlihat akhirnya. Kasus itu meningkat tajam dan menurun landai, begitu juga yang dihadapi ditempat kerja. Ditengah meroketnya angka positif Covid - 19, aku mendapat dua garis positif yang menandakan hormon HCG sedang menguasai diriku. Hal ini membuat aku menjadi terbatas dalam berkarya ditengah profesi yang kuperankan, ditambah pada saat itu sedang mempersiapkan Akreditasi Rumah Sakit.
(Persiapan persalinan)
Selamat berproses buah rahimku, kataku menyapa yang ada diperut, sambul menghitung HPHT dan HPL yang mana jatuh pada perayaan Paskah tahun depan 2023. Aku menjadi teringat masa lalu, dimana calon anakku berpulang pada saat hari raya Jumat Agung, dan anak pertamaku hadir pada saat ulang tahun pernikahan dan hadir pada saat perayaan Imlek 2018.
(saat hari ulang tahun pernikahan)
Benih ini hadir menemani selama 9 bulan 10 hari didalam rahimku, dan tepat di hari ke 11 nya dia lahir kedunia. Meringkas sedikit selama kehamilan anak bungsu yang hadir di tahun 2023 ini, ada banyak warna cerita. Pada kehamilan muda disibukkan dengan hiperemis gravidarum hebat hingga 2 kali harus menjalani perawatan lanjutan di fasyankes, melalang buana dengan jarak tempuh hampir 600 km dari tempat tinggal dengan kendaraan pribadi, sibuk dalam per akreditasi an rumah sakit, hingga pada penantian kelahiran, tidak kunjung kontraksi hingga batas maksimal yang wajar.
(Saat misa syukur dirumah dengan pose yang beragam)
Pada saat hari kelahiran, anak kedua ini tidak mau kalah bersaing dengan kakaknya. Sang kakak butuh 4 jam pembukaan kala 1, sedangkan adiknya membutuhkan waktu 2 jam pembukaan kala 1 dan sama sama lahir di ufuk timur. Selamat datang anggota keluarga junior :)
🔊 PLISSS, PATUHI PROTOKOL PEMERINTAH RI & KEMENTERIAN KESEHATAN RI.
(Foto 1: Dokter RMO, Perawat, dan Ns.Teps)
BAB 1
Saya Nurse (Ners), sejak 2010 (lulus) telah terpanggil untuk membantu semampu saya dalam pelayanan kesehatan. Saat ini saya juga membantu dalam memutus mata rantai penularan covid -19 dengan dedikasi saya menjadi perawat.
Setia menjadi garda depan dan perjuangan menjadi pertahanan terakhir, membuat saya menjaga jarak hampir 3 bulan terhadap orang-orang yang paling saya sayangi dirumah yaitu 70th, mertua 65th, suami 35th, anak 2th, ipar 25-32th. TIDAK MUDIK, MENERAPKAN SOCIAL DISTANCING, PERSONAL HYGINE.
BAB 2
Dan ini merupakan kisah saya selama hampir 3 bulan ini dalam pandemi covid-19. Untuk itu saya berterima kasih kepada saudara-saudari terkasih yang mendukung saya selama berperang melawan si koko rona yang kasat mata.
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Bapa Yosep
Suami tercinta dr Parmadi, Ananda Brigitta Bellvania, Yangti, Ama Akong, Saudara kandung & saudara ipar, keluarga besar Purwodadi Grobogan, keluarga besar Jakarta, Solo, Sukoharjo Jogjakarta.
Bp.Uskup, Romo, Bruder, Frater, Suster di Indonesia maupun di Luar Negeri, termasuk umat di Paroki Hati Yesus Keluarga Kudus Purwodadi, Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Daan Mogot Tangerang, Paroki Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga Katedral Jakarta, Paroki St.Petrus & Paulus Mangga Besar Jakarta.
Teman-teman sejawat medis di KJ: dokter, nurse, hca, radiografer, plebotomy, dan teman-teman non medis KJ: para admin, FO, Cleaning Service, Team Keamanan, dll, Organisasi PPNI dan kenalan sejawat di tempat lain.
Para sahabat, teman-teman di manapun kalian berada.
Alumni Stikes St. Elisabeth Semarang & Alumni Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta
Siloam Kelapa Dua (KD), pusat rujukan Covid-19 di Tangerang, manajemen, para tim medis maupun non medis, khususnya Para dokter, perawat, volunteer yang bertugas di Lantai 5, Lantai 6, petugas kebersihan, Lab, Radiologi, FO, Sekurity. Plus para survivor medis maupun non medis yg dirawat bersama-sama di KD.
Para simpatisan/pemerhati para tenaga medis maupun non medis yang terpapar di KD.
Pemerintah RI , Kementerian Kesehatan, Keamanan, dan siapa saja yang mendukung dalam memutuskan rantai virus pandemi ini.
(Foto 2 : Berpamitan dgn suami pra isolasi)
BAB 3
□ Februari 2020, protokol kerja saya di Out Patient Department (OPD), Skrining Pengunjung, Staf untuk Mengisi Formulir Kesehatan, termasuk keluhan, riwayat perjalanan. Memisahkan pengunjung/pasien yg beresiko infeksi maupun yang tidak. Alat Pelindung Diri (APD) kerja Level 1
□ 02/03, media mengumumkan Kasus 1 Covid 19, di Depok. 04/03, Pengunjung tidak jujur saat mengisi form kesehatan, bertemu saya di fase interaksi, assesment awal. Setelah di confirm ulang, riwayat tgl 02/03 tiba dari USA, dgn keluhan bapil, demam tinggi, sesak napas. Selain itu mungkin bisa juga terparar dari pengunjung lain yang datang di sarana pelayanan kesehatan bertemu dengan saya dengan riwayat paparan sebelumnya.
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video diatas)
□ 11/03, media mengumumkan kasus covid meninggal di RI pertama kali. Saya mengalami suhu badan sumeng (suhu 37'5 -37'9), keletihan di semua sendi tubuh, kelelahan (fatique) selama 2 hari. Saya masih berfikir bahwa saya pasti hanya kelelahan, karena dua pekan terakhir Out Patient Departemen tempat saya bekerja mulai diserbu banyak pengunjung lebih banyak dari biasanya karena kepanikan dengan kehadiran virus yang ditemukan pertama di Wuhan itu sudah masuk ke Indonesia.
□ 13/03, Demam 38.7, batuk pilek ringan, indra pengecap bermasalah, sakit menelan, sakit kepala (chepalgia). Akhirnya saya berobat, setelah diperiksa dokter, dokter menanyakan riwayat perjalanan kemana saja selama 14 hari sebelum muncul gejala sakit? riwayat kontak dengan suspet 2019-nCoV maupun kasus terkonfirmasi 2019-nCoV? mengunjungi pasar hewan? Dari semua pertanyaan itu, saya menjawab kegiatan saya selama 14 hari sebelum muncul gejala sakit hanya aktifitas pulang pergi ke lokasi pekerjaan, selebihnya adalah kegiatan dirumah sebagai ibu rumah tangga dan tidak pergi keluar. Kegiatan belanja rumah saja dilakukan secara online (hehehe, maklum mama muda jaman now), kegiatan ibadahpun kebetulan di 2 pekan sebelumnya absen karena piket sunday clinic. Satu-satunya point lain yang bisa dijawab dari pertanyaan dokter adalah kontak langsung dengan penunjung yang saya ceritakan di pertemuan dinas dari awal bulan Maret.
□ Setelah selesai dilakukan assesmet awal oleh dokter, dokter membuka resep untuk mulai diminum yaitu Azytromicyn 500mg, Thiamcort 4mg, Summagesic 600mg, Pantoprazole 40mg, Acetylcystein 200mg. Ujian yang lain datang, ternyata saya memiliki alergi terhadap salah satu obat yang diberikan, akhirnya terjadilah reaksi anafilaksis (alergi obat/reaksi keracunan, reaksi yang ditimbulkan saat itu chestpain dengan skala nyeri 9 dari nilai nyeri 1-10, serta muncul urtikaria / keluar pulau - pulau di kulit yang panas, merah dan gatal). Saya panik, karena dirumah hanya berdua dengan baby, sedangkan suami sedang praktek jaga malam 24 jam di kantornya. Saat itu suami sedang bertugas sendiri, dan tidak mungkin meminta teman sejawatnya malam-malam menggantikan posisi prakteknya menggantikannya. Saya ambil jalan lain, nekat malam-malam melakukan konferensi telemedicine kepada atasan saya yang seorang dokter, meminta pertimbangan untuk antisipasi tindakan mandiri yang saya lakukan dirumah. Untungnya atasan saya merespon dengan cepat dan belum tidur, beliau memberikan saran untuk menghentikan konsumsi terapi yang diberikan sementara oleh dokter, menyarankan jika masih bisa diatasi rasa nyeri dadanya dan tahan dengan urtikarianya dipakai istirahat, tapi jika tidak tahan segera datang ke Emergency Depaertement atau IGD terdekat untuk penanganan cepat. Saat itu saya teringat memiliki persediaan obat anti-alergi (golongan obat antihistamin) di meja praktek suami dirumah, lalu saya bertanya apakah kondisi darurat saat ini boleh mengkonsumsinya dalam 1 dosis, atasan saya menyetujui. 1 jam kemudian, reaksi anafilaksis teratasi. Saya pun lega.
□ 16/03, Akhirnya saya kembali berobat, menghentikan obat yang mengundang alergi dan diresepkan obat baru. Dokter juga memberikan surat istirahat dan wajib melaksanakan karantina mandiri. Tingkat keamanan APD di lingkungan rumah sakit di Jakarta mulai diperketat termasuk tempat saya bekerja, APD mulai naik level menjadi APD level 2 dan level 3. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang karena syndrom simtomatik, cemas dan panik dugaan tertular karena memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri meskipun tidak memiliki gejala-gejala khas virusnya si koko rona ini. Cek darah: CBC (complete blood count), CRP (c-reaktif protein) hasil normal. 17/03, CT Scan Lung 1, dan Hasil nya ditemukan Ground-glass opacities (GGO) di kedua paru kesan Viral Pneumonia. 18/03 Dilakukan metode Swab Polymerase Chain Reaction (PCR) pemeriksaan ini menggunakan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan. Lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus bereplikasi. Tanggal 18/3 dilakukan Swab PCR 1, hasil keluar tgl 25/03 pagi-pagi sekali dari manajemen kantor menelepon, hasilnya positif Covid-19. Ya Tuhan, ternyata begitu cepat replikasi virus ini.
(Foto 3: Pamit dgn Yangti & Anak pra isolasi)
□ 25/03, Isolasi RS rujukan Covid Siloam Kelapa Dua. Cek Darah: Analisa Gas Darah (AGD) untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh. Bayangin aja Cek AGD yang dilakukan pada pasien dengan kondisi sadar penuh, sakitnya kayak apa?
Sebenarnya saat tiba di Siloam Kelapa Dua, sudah tidak ada keluhan, sama sekali tidak ada keluhan yang saya rasakan. Tetapi karena terkonfirmasi positif covid, dirumah memiliki keluarga yang memiliki kriteria resiko penularan, saya lebih aman berada ditempat ini.
□ 26/03, Swab PCR ke.2 (+), mulai terapi antibiotik, antivirus dan chloroquine selama 2 minggu. Dari semua terapi obat, menariknya adalah Chloroquine ini sangat familiar dengan pengobatan pasien malaria. Sehari saya mendapatkan dosis 600 mg perhari (4tablet), obat ini termasuk jenis obat keras, dan memiliki efek samping yg membuat saya menderita selama mengkonsumsi obat ini selama 2 minggu antara lain mual, rasa ingin muntah, kepala serasa melayang, dan oleng. Selain masalah kesehatan saya mengalami mental drop, Isolasi ketat, serangan stigma negatif dan mendapat serangan dampak stigma sosial di lingkungan tempat tinggal. Sungguh, rasanya seperti mendapat hukuman alam yang mematikan.
(Foto 4: Terapi farmakologi pengobatan)
□ Ritual Swab terus bejalan, Tanggal 29/03 PCR ke 3 hasilnya samar, antara positif dan negatif. Tanggal 04/04 dilakukan PCR ke 4 dan hasilnya positif. Tanggal 06/04 cek darah CBC dan CRP hasilnya normal. Tanggal 09/04 dilakukan ulang CT Scan Lung ke 2, hasil nya GGO masih ada, hari itu juga test PCR ke 5, hasilnya positif. Mental semakin terguncang, semakin stres membaca aktifitas Watshapp grup dan media berita covid. Mengalami harga diri rendah, jauh dari Tuhan, aktifitas senam di ruang perawatan mulai menjadi rutinitas pribadi dengan bermodal android dan aplikasi youtube. Video Call (VC) dengan keluarga dirumah hanya 1x sehari, agar tidak terbawa hati yang cemas dan mengganggu keseimbangan imunitas. Suatu hari, anak saya (2th) membuang muka saat VC dan menangis pertama kalinya karena rindu kepada maminya yang pamitnya kerja ga pulang-pulang. Hati saya kembali meleleh.
(Foto 5: Olahraga virtual sesama survivor)
□ Tanggal 15/04 PCR ke 6 dan hasilnya positif, Tanggal 20/4 PCR ke 7 dan hasilnya masih positif, Tanggal 27/04 PCR ke 8 hasilnya positif. Keluhan???? Sama sekali tidak ada!!! Tapi saya ga boleh nyerah, Kegiatan yang saya lakukan diruang isolasi adalah cuci tangan terus tiap kegiatan sekecil apapun sebelum dan setelahnya, cuci hidung dengan Larutan Infus NaCl 0.9% 30 ml per lubang hidung 3x sehari, senam - senam kecil, nyanyi-nyanyi dengan aplikasi karaoke Smule, memaksakan diri bahagia dengan cara tersendiri nonton drakor yg lucu-lucu di aplikasi ViU, HOQQ dan Vidio.com. Kegiatan mandiri untuk melawan penyakit ini, saya biasakan minum air putih 30 ml/kgBB/hr, mulai haus konseling spiritual dengan perbanyak diskusi iman dengan pemuka agama (boleh sama aktifis spiritualitas), perbanyak waktu ibadah, menghindari nimbrung atau menutup WA Grup sementara, massage relaksasi dengan Kutus-Kutus Healing Oil, perawatan wajah dan rambut (masker wajah, scrup, masker rambut, dll), mewarnai buku gambar dengan pensil warna sambil mendengarkan Streaming Radio Favorit masing-masing (kalo saya Delta FM) untuk mengurangi kejenuhan dan kegiatan monoton.
□Tanggal 28/4 CT Lung ke 3, Kesan gambaran paru GGO hilang. Tanggal 01/5 Rapid Test, ternyata hasilnya IgM & IgG reaktif. Saya mulai memperketat kebersihan hidung dan mulut. Semakin rajin kumur-kumur dan gurgle dengan Bethadine Kumur, Hisap-hisap dengan permen antiseptik strepsil, meditasi dengan latihan relaksasi nafas dalam, sambil mendengarkan Afirmasi positif rekomendasi AiF-Training nya Bapak Andyiwan Iswanto, menciptakan suasana yang nyaman sambil mendengarkan Musik Taize, dan Relaxation, jika memungkinkan berjemur, melakukan aktivitas senam sore (Combat/Muaythai/poco-poco 30 menit) by Virtual. Yang ga kalah menarik yaitu pesan makanan minuman online yg membuat susasana hati jadi semangat (ijin dulu sama dokternya tapi, boleh ga hehehe)
(Foto 6: Ruang perawatan saat masih +covid)
□ Tanggal 02/5 PCR ke 9 positif, Sebuah proses yg luar biasa panjang dan menguji kedewasaan pribadi saya saat ini banyak yang mulai menguatkan dari sesama pasien (ada yang nakes maupun masyarakat umum yg dirawat juga di Kelapa Dua). Beryukur juga banyak komunitas rohani yang mengajak berdoa dan sharing rohani. Jika mengandalkan diri sendiri, Sudah ga tau ke mana arahnya, mungkin bisa berfikir ke arah tindakan negatif karena merasa tak sembuh-sembuh (tapi untung ga berfikir sampai disana). Sampai saya hampir ada niatan untuk menulis surat wasiat untuk keluarga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
(Foto 7: Jadwal Swab oleh dr.Niken Sp.THT)
□ 08/5 PCR ke 10 negatif, mulai timbul perasaan OPTIMIS (ini yg keliru, karena berfikir bahwa sekali swab negatif, berikutnya akan negatif juga, dan syarat pulang harus double negatif berturut-turut). Disitu sudah membayangkan beberapa hari lagi pulang dan bisa ketemu baby dirumah, suami dan orangtua.
□ 11/5 PCR ke 11, Positif. Hatiku hancur berkeping2, mental kembali down. Ditambah lagi Ditambah lagi, saat berada di isolasi itu, saya ngobrol sesama pasien, dia menceritakan bahwa selama dirawat disana hasil swab PCR nya membuat saya semakin pesimis untuk sembuh. Bagaimana tidak, 9x swab yg dialaminya hasilnya positif, positif, positif, positif, negatif, positif, positif, dan akhirnya baru negatif, negatif lalu pulang.
□ Kegiatan positif yang saya jalani membuahkan hasil, karena pengaruh spiritual yang terbentuk, menggugah hati untuk tetap setia menantikan hasil yang terbaik. Menyesal tidak mendengarkan saran dari Pak Tung Desem Waringin waktu memberikan Dirrect Message ke saya, Optimis itu pasti. Ketika terjadi yang tidak diharapkan hasilnya KECEWA. Saran Pak Tung, harus jadi orang POSITIF, siap akan ketidakpastian, Menerima Keadaan dengan Bersyukur dan tetap mau maju. Dan mulai saat itu juga, saya merubah semua pikiran saya ke arah positif. Imunitas humoral sangat berperan dalam proses penyembuhan. Jika kita sudah makan makanan sehat, minum air dg jumlah sesuai kebutuhan tubuh, vitamin dan obat teratur, kebiasaan hygine yg sehat, tapi faktor stres tidak dihindari, maka peningkatan imunitas tubuh gagal merespon.
(Foto 8: Kegiatan Spiritual sbg booster imun)
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video)
□ Tanggal 16/5 PCR ke 12, Aku merasakan sudah biasa diambil sampel swab saking sudah terlalu banyak, sudah kebal merasakan sakitnya dikorek2 hidung hingga masuk ke tenggorokan dalam hitungan 5-8 detik, kadang tak jarang pasien yg memiliki mukosa hidung tipis sampai berdarah. Hasil swab ini tak segera keluar seoerti biasanya hingga sampai pada hari jadwal swab berikutnya baru diumumkan bahwa hasil nya negatif.
□ Kegiatan spiritual lebih ditingkatkan, karena saya seorang Katolik, saya mencoba lebih tekun dan setia dalam berdoa Rosario, Novena 3x Salam Maria, Novena Kepada Bunda Maria yang selalu menolong, Doa Jiwa Kristus bisa dibaca di Puji Syukur No 212.
□ Tiba saatnya tanggal 19/5, hingga saat itu, saya sama sekali tidak memikirkan hasil swab berikutnya akan kembali positif lagi atau double negatif. Saya serahkan semuanya kepada Tuhan, saya menerima apapun hasil yang terbaik bagi saya. Saya lebih menyibukkan diri dengan mengikuti seminar keperawatan nasional virtual.
(Foto 9: Keg.Virtual Satgas Covid-19 PPNI)
□ Tanggal 19/5 PCR ke 13, yang dirasakan hanya menanti mukjizat Tuhan. Bila Tuhan menghendaki, aku pasti sembuh. Orang tua, Suami, anak, Bapa Uskup, Para Romo Suster Bruder, Sahabat, Keluarga, teman profesi dan sejawat memberikan semangat moral kepada saya. Banyak juga dukungan kiriman makanan, barang, dan apapun yg disumbangkan oleh orang-orang baik yang tidak saya kenal berdatangan terus sebagai tanda kepedulian. Dengan kekuatan doa dan harapan merekalah yang membuat saya bertahan dan terhibur hingga saat terakhir swab ke 13.
(Foto 10: Pindah Kamar, saat Negatif 1x)
□ 20/5 Rontgen thorax PA hasil baik, Cek Darah CBC dan CRP hasil normal.
Hari yang penuh kemuliaan Tuhan, hasil dari buah kesabaran, keihklasan saya menjalani isolasi RS selama kurang lebih 2 bulan. Syukur kepada Allah atas ujian yang boleh saya lewati dan selalu didampingi oleh Tuhan sehingga proses isolasi di RS berjalan dengan lancar. Mendapat kabar hasil swab ke 13 Negatif, jadi double negatif, dan hari itu saya bisa pulang kerumah, dan melanjutkan karantina mandiri dirumah 14 hari kedepan.
(Foto 11: Gembira, obat yang paling manjur)
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video)
□ 21/5 Membuka lembaran hidup baru, Karantina mandiri, ruang terpisah dengan keluarga, rutin cuci kedua lubang hidung dengan air infus NaCl 0.9% ( natrium klorida) sebanyak 30 cc tiap lubang hidung / bisa diganti dengan larutan air bercampur garam garam 3x sehari, kumur2 dengan air garam juga, hisap-hisap permen yang mengandung antiseptik seperti Strepsil dan Gurggle dengan Bethadine Kumur pagi dan sore sesuai saran cantik dari suami, dr. Naomi, dr.Markus, dr.Prisca dan beberapa dokter lainnya yang menjadi partner kerja di kantor. Kegiatan lain yaitu Jemur pagi hari 30 menit, olahraga 30 menit tiap hari, istirahat cukup. Melakukan aktifitas rumah dengan prinsip social distancing, pakai masker, cuci tangan berkala, minum multivitamin yang diberikan bekal dari perawatan seperti, multivitamin dan Zink (zegavit/ultravita). Dan saya menambah suplemen lain antaranya Stemcell Salmon dari Jepang yaitu AFC SOP 100+ (ada juga utsukushhii), Vitamin D3 (saya pakai NOW D3 1000 iu), Vitamin C, K tambahan seperti CDR / Redoxon. Minum air putih minimal 30 ml/kgBB/hari, susu, buah. Menyediakan waktu banyak dan khusus untuk berdoa. Jangan lupa selalu bahagia, hati yang gembira adalah obat yang paling manjur.
(Foto 12: Bertemu anak setelah lama LDR)
BAB 4
□ Saya tidak pernah menyesal dengan resiko yang saya alami sebagaimana saya seorang perawat (Ners), ini sebuah dedikasi saya sebagai tenaga ahli perawat, profesi yang sangat saya banggakan. Panggilan jiwa saya adalah melayani masyarakat. Saya senang menjadi perawat yang ikut menangani pasien, ketika pasien sembuh, itu suatu kebahagiaan.
□ Saya ingin mengajak para pembaca sekalian, bahwa covid 19 ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang siapa dia, tidak bisa dipastikan akan sembuh dalam 14 hari saja, karena ini adalah jenis virus baru, belum ditemukan obat yang paten dan masih dalam penelitian lanjut. Saya sendiri telah mengalami, tanpa memiliki penyakit penyerta, usia yang tergolong masih produktif, dan saya adalah seorang praktisi kesehatan yang aktif dibidangnya, menjalankan proses pemulihan di isolasi rujukan covid hampir 2 bulan. Please, corona ga sebecanda itu.
□ Saya ingin mengajak kita semua untuk ikut terlibat dalam mengurangi dampak meluasnya penularan virus Covid-19 ini. Tahan jalan-jalannya, tahan pulang kampung atau mudik dan kunjungan kerumah keluarga. Taati protokol pemerintah maupun pusat kesehatan yang ditunjuk secara resmi dalam menurunkan angka prnularan. Seharusya kita semua mengeri bahwa ini bukan permainan. Usaha para petugas medis sudah sangat berjuang disini, tak sedikit juga sebagian mereka tumbang dan mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk menyelamatkan orang lain.
□ Sebenarnya ada cerita lain yang belum saya ceritakan disini, yaitu suami yang sempat skrining covid, dan melakukan Pindai CT Lung hingga Swab, dan karantina. Anak saya yang mendadak harus terpisah dengan kedua orang tua, dan terpaksa ditinggal berdua dengan Yangti nya yg sudah lansia dengan aktifitas terbatas. Adanya beberapa gosip tak benar yang menyebar disekitar lingkungan tempat tinggal yang membuat keluarga terisolasi, dan hal lain terkait pekerjaan ditengah pandemi dll. Tetapi semua cerita itu tidak akan saya ceritakan kembali, karena semakin mengingatkan saya kepada kepahitan hidup dan faktor tercepat yang dapat menghancurkan kekuatan imunitas humoral saya.
(Foto 13: Kata Kunci Sehat jauh dari virus)
BAB 5
□ Yuk yang sehat, jaga kesehatan. Patuhi protokol yang sudah ditetapkan. Cuci tangan, banyak kuman tak terlihat yang jahat disekitarmu. Gunakan masker jika berinteraksi dengan orang lain. Kita ga akan tau bahwa kita ini ternyata carrier atau tidak. Maskermu melindungiku, maskerku pasti melindungimu. Jangan Ndablek !! Saya sudah cukup ambyarrr dengan mendengar bertambahnya jumlah terpapar akibat ketidak disiplinan.
□ Buat yang sakit, ayo semangat, selalu berfikir Positif. Agar imunitas tubuh tetap stabil dan berkualitas, sehingga nantinya bisa meningkatkan gairah kesembuhan. Para tenaga medis adalah pertahanan terakhir, sedangkan garda terdepan adalah diri kalian sendiri.
Yang sakit, jangan takut segera berobat. Jangan bohongi tenaga medis saat mereka ingin membantu. Selebihnya, pasrahkan kepada Tuhan. Tuhan mempunyai rencana, dan rencana Tuhan selalu indah dan terbaik.
(Foto 14: Coretan saat dirawat, banyak arti)
□ Berdoa, kita ikhlaskan semua yang kita alami kepada Tuhan. Saya percaya, Tuhan akan selalu menjaga kita. Tahan mudik, pulang kerumah keluarga bisa berkali-kali, tapi jika sudah pulang kerumah Bapa di Sorga, hanya 1x, dan tidak akan bisa kembali.
Semoga kasih Tuhan menguatkan kehidupan kita semua, agar kita berbelas kasih pada sesama dan semesta. Amin
Kontroversi perfilman di Indonesia memang semakin tergambar dan sudah sering terjadi. Indonesia yang merupakan negara yang berlandaskan Pancasila ini memiliki lebih dari satu kepercayaan resmi yang diakui dan dianut oleh lapisan masyarakatnya. Mengangkat isu sensitif di Indonesia ke dalam sebuah film tidaklah mudah.
Ave Maryam, adalah salah satu contoh film Indonesia dari beberapa film layar lebar yang ditafsirkan orang sebagai film kontroversial yang akan tayang di Indonesia, karena bertema dalam sudut pandang agama minoritas di Indonesia yaitu dari agama Katolik seperti film sejenis lainnya yaitu Soegidja dan Tanda Tanya.
Sebenarnya, film ini membahas tentang the language of love, tentang cinta, dan diperjelas oleh Sutradara Robby Ertanto bahwa film ini dibuat tidak berniat untuk mengangkat kontroversi apapun sebelum syuting film ini dimulai,
Film yang disutradarai oleh Robby Ertanto ini menceritakan kisah yang asing didengar oleh lapisan masyarakat mayoritas di Indonesia dengan kerja keras dan kerja cerdasnya, sebenarnya Film ini sudah selesai dibuat pada tahun 2016 akhir. Pasalnya film Ave Maryam ini sudah resmi di tayangkan di beberapa festival di luar negeri. Mulai dari Cape Down International Film Market & Festival (CTIF & F) di Vietnam, detpac-Geber Awards dan Hong Kong Asian Film Festival. Sementara film ini sempat tidak bisa tayang di negeri sendiri, akhirnya akan segera tayang di bioskop pada tanggal 11 April 2019 di bioskop Indonesia. Kesimpulan dari sipnosis film ini mengangkat tema toleransi umat beragama yang cukup kental.
Cerita Ave Maryam secara singkat, menunjukkan kehidupan Suster Maryam di sebuah biara di Semarang, Jawa Tengah. Menariknya, film yang diproduksi oleh Summerland Film ini menampilkan kisah sosok suster bernama Maryam (setting tahun 1998) yang biasa merawat biarawati di gereja, fokus pada perjuangan batin Maryam (diperankan oleh artis senior Maudy Koesnaedi) yang jatuh cinta pada Romo Yosef (diperankan oleh Chicco Jerikho) sebagai cinta terlarang seorang biarawan biarawati yang harus menaati sumpah mereka dalam hidup selibat yaitu untuk tidak menikah. Film Forbidden Love Maryam & Yosef ini menceritakan bagaimana kesetiaan mereka hidup berselibat untk diuji oleh kesetiaan terhadap kepercayaan yang mereka anut, serta kejujuran terhadap perasaan diri dari orang lain.
Awal kisah cerita film ini menceritakan Maryam yang memiliki latar belakang berbeda agama, lahir dari keluarga muslim, namun memilih untuk melayani di gereja. Sehingga di tempat tersebut ia merasakan interaksi lintas agama bersama dengan para biarawati yang ia bantu. Perjalanan Maryam ke Ambarawa turut membawanya bertemu dengan sosok pastor bernama Yosef. Pertemuan Maryam dan Yosef membawa pada perasaan-perasaan yang baru. Mereka saling mengenal satu sama lain. Kemudian keduanya memiliki hubungan yang mengakibatkan Maryam lalai terhadap tugas biarawatinya. Akhirnya, Maryam pun bimbang di antara dua pilihan, setia pada sumpah biarawati atau meninggalkan semuanya untuk mengejar kebahagiaan pribadinya. Hubungan diantara Yosef dan Maryam lah yang nantinya akan memunculkan konflik dalam film ini.
Akting dari Maudy yang penuh karismatik sebagai Tokoh Utama dalam Film Ave Maryam ini meyakinkan sutradara Robby akan dapat memberikan pesan yang apik dalam cerita yang diangkat ditambah dengan sajian visualisasinya yang cukup bergetar, walaupun karakter real dari tokoh Maudy ini jauh berbeda dengan karakter yang dimainkan karena berasal dari kepercayaan yang berbeda dikehidupan nyata Maudy.
Lalu .....
bagaimana keseluruhan cerita lengkapnya ?
Mari kita dukung Film Indonesia, Film karya anak bangsa yang cerdas, berbobot dan berprestasi, Film Ave Maryam ini akan tayang di bioskop Indonesia pada 11 April 2019. Jika sudah nonton, jangan lupa bagikan kesan dan pesan yang ditangkap dari ceritanya ya teman-teman.....
sumber:
www.layarid, cosmopolitanco.id, ibookmyshow.com, itjeher.com, brilio.net, wawancara dengan pers sutradara dan tokoh pemain ave maryam di youtube.com, avemaryamtrailer.youtube.com
Rekomendasi kesehatan tidak menganjurkan bayi dibawah 6 bulan untuk berada dan membawanya ke kolam renang umum untuk semua usia. Dalam kesempatan perbincangan di blog kali ini, saya akan membahas tentang pengalaman pertama bayi melakukan kegiatan di kolam renang umum.
Jadi cerita singkatnya, selama ini, baby saya masih melakukan kegiatan berenang dikolam pribadi dirumah secara khusus atau baby spa. Mengapa memilih memakai kolam pribadi dirumah? Kenapa enggak langsung cemplungin ke kolam umum saja. Alasannya, air pada kolam renang umum terlalu dingin untuk bayi. Kebersihan orang2 yg pemakai kolam umum itu beraneka ragam & umumnya air kolam mengandung klorin.
Bapak & Ibu memutuskan mengenalkan baby kolam renang umum setelah usia mencakup 1 tahun, saat kekebalan tubuh sudah lumayan terbentuk secara alami maupun dengan imunisasi untuk mengurangi resiko infeksi. Sebagai orang tua, kami tidak mau terlalu protektif terhadap anak dgn kegiatan yang dilakukan di fasilitas umum agar bisa terbiasa & tidak alergian.
Pertama: Bayi vs pra sesi.
1. Dalam waktu 30-1 jam sebelumnya diberi makan, minum yang cukup. Memberi jeda kegiatan makan dan renang untuk mengurangi efek muntah karena kedinginan dll.
2. Siapkan goody bag berisi: peralatan mandi bayi seperti handuk, sabun mandi, minyak oil, shampo, popok bersih, 1 stel pakaian, dan jaket (optional).
3. Makanan ringan bayi, air minum, susu siap minum.
4. Ganti pakaian bayi dengan kostum renang, popok waterproff untuk mencegah bayi kencing bocor saat berenang atau poop keluar dari popok saat berada di air.
5. Pelampung atau perahu karet renang bayi.
Kedua: Bayi vs sesi renang.
1. Ajak olahraga ringan bayi 5 menit diluar kolam renang, agar tubuhnya merasakan lebih hangat dari suhu biasanya. Misalnya dengan mengajak bermain cilukba atau gym.
2. Pastikan suhu udara lingkungan kolam renang tidak terlalu panas / dingin. Pagi jam 7-9 pagi. atau sore hari pukul 16 -17 sore.
3. Pasang ban pelampung bayi dengan benar
4. Mulailah menurunkan bayi kedalam kolam dengan menyentuhkan kedua telapak kaki bayi bersamaan pelan-pelan agar tidak kaget dengan suhu air yang berbeda dengan suhu tubuh bayi. Perhatikan 15-30 detik respon bayi terhadap sentuhan air yang dialami saat itu. Jika bayi sudah merasa nyaman dan cukup beradaptasi, barulah turunkan perlahan badan bayi hingga pelampung menyentuh air kolam. 5. Amati aktifitas bayi dengan pendampingan, jika bayi terkesan panik, cobalah untuk diajak bercanda dan diberi sentuhan. Observasi selama 15 menit pertama, eksplor keberanian bayi dalam melakukan aktivitas. Jangan lupa untuk memberikan pujian atas keberanian bayi melakukan kegiatan barunya.
6. Perhatikan gejala menggigil, kebiruan pada bibir dan ujung jari tangan kaki bayi sebagai tanda kedinginan. Jika terjadi ketidaknormalan aktifitas segera angkat bayi dari kolam renang.
7. Jaga kesehatan bayi selama berada di kolam renang, pastikan bayi tidak meminum air kolam yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
8. Kegiatan ini dihentikan dengan waktu 15-30 menit didalam kolam.
"Nah, untuk baby aku kegiatan ini berlangsung selama 10-20 menit, kesimpulan yang bisa aku sharingkan saat perjumpaan pertama kali dengan aktifitas didalam kolam:
Awal masuk kolam, bayi takut dan merengek krn perbedaan suhu dikulitnya.
Tiga puluh detik kemudian bayi mulai menikmati kegiatan dikolam hingga bermain-main dgn senang."
"Endingnya, bayi tidak mau diangkut keluar kolam dan merengek masuk ke kolam lagi.
Karena alasan keselamatan, hipotermi dan yang lainnya, kami sebagai orang tua menyudahi kegitan sore berenang ini dan segera membilasnya dgn air bersih sekalian mandi sore. Lalu memberinya makanan ringan dan susu sebagai energi pemulihan tenaga yang dipakai untuk renang."
demikian sharing dari keluarga kecil kami, semoga bermanfaat ya
Musim penghujan telah tiba lagi, masih ingat dibenakku saat itu hiperbilirubin yang hinggap datang dan pergi. Membuka memory lama ketika inkubator dan bluelight yang harus melekat dikehidupan Baby Kho saat itu.
Sudah setahun lama nya memory itu berlalu, dan kini usianya sudah genap satu tahun.
Ya, kini baby sudah genap menemani Ayah dan Ibuk setahun lamanya & menjadi penyejuk rumah tangga Ayah dan Ibuk
Hai Baby Kho sayang, kau lah harapan Ayah dan Ibuk di masa depan, kau bisa membuat sedih menjadi bahagia.Baby Kho menjadi kekuata cinta yang tiada tandingnya. Ayah dan Ibuk berharap, tahun demi tahun bisa tetap mendampingi dan menemanimu hingga besarmu nanti , hingga akhir hayat kami.