Anakku, Kamu sedang stres karena masalahmu yang super berat Kamu berulang kali berteriak-teriak memanggil nama-Ku Kamu berada dalam p...
Depot Prakata
Shaloom, Selamat datang di Blog Theresia Endah Purnomo Sarie, Blog ini berisi karya-karya kecil yang di tulis untuk meneteskan memory kejadian, perasaan, atau suka cita, dan duka diri secara positif dan reflektif.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Pro Ecclesia Et Patria
Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.
Beberapa waktu lalu, aku dapat kesempatan yang cukup bikin jantung deg-degan jadi leader dalam sebuah workshop pemantapan untuk teman-teman perawat dan bidan di rumah sakit tempatku bekerja. Buatku pribadi, ini bukan pengalaman pertama terlibat dalam pelatihan. Tapi kali ini rasanya beda, karena tanggung jawabnya jauh lebih besar. Bukan cuma bantu-bantu, tapi benar-benar memimpin jalannya kegiatan ini dari awal sampai akhir.
Jujur, aku bukan pelatih bersertifikat lengkap. Tapi selama ini aku sering ikut ngurusin diklat internal dan pernah juga jadi pembicara di pelatihan nasional online, kayak Hiperkes untuk tenaga medis. Jadi, meskipun nggak punya “title” resmi, aku tetap berusaha total dan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, terutama dari orang-orang hebat yang pernah jadi penggerak kegiatan serupa.
Yang bikin makin menantang, workshop ini harus jalan dalam waktu 3 minggu, dibagi jadi 4 batch, dan diikuti sekitar 200 perawat dan bidan. Tantangannya bukan cuma soal materi atau pelaksanaan, tapi juga soal menyusun jadwal yang pas. Bayangin aja: mereka semua tersebar di banyak unit, punya jadwal dinas 3 shift, dan kita tetap harus jaga supaya kegiatan ini nggak ganggu hari libur mereka. Tapi PUJI TUHAN, semua bisa diatur dengan dukungan banyak pihak yang solid.
Selama pelatihan berlangsung, banyak kejadian seru yang benar-benar nggak terduga. Misalnya, perawat yang biasanya kerja di area rawat jalan yang sehari-hari nggak pegang infus ternyata justru tampil jago saat praktik, terutama dalam komunikasi terapeutik dan keluwesan saat hands-on. Di sisi lain, perawat yang dikenal paling jago nge-infus karena tugas di unit favorit malah kelihatan takut saat ditusuk jarum infus, bahkan ada yang hampir nangis dan panik. Di situ aku sadar, pengalaman memang penting, tapi rasa percaya diri dan kenyamanan juga punya peran besar.
Lucunya lagi, beberapa tenaga kesehatan lain yang bukan perawat atau bidan juga pengen ikut belajar infus. Dan, mereka berhasil! Bahkan ada yang langsung bisa pasang infus pakai jarum ukuran besar yang biasanya dipakai buat pasien operasi. Keren banget. Ada juga yang bawa vitamin injeksi sendiri buat dicampur ke cairan infus waktu praktik. Kreatifnya luar biasa!
Tapi dari semua momen itu, yang paling bikin hati hangat adalah semangat para peserta. Meskipun ada yang lagi puasa, nggak enak badan, atau baru aja lepas shift panjang, mereka tetap datang dan ikut kegiatan ini dengan antusias. Bahkan ada yang bilang, “Kapan lagi bisa belajar langsung, bareng-bareng, sambil praktik gini?”
Yang bikin aku makin terharu, nggak ada satu pun dari mentor atau panitia yang mengklaim kesuksesan acara ini sebagai hasil kerja pribadi. Semua bilang ini karena kerja tim. Kita saling bantu, saling topang, dan punya tujuan yang sama: pengembangan diri dan peningkatan mutu layanan.
Setelah semua batch selesai, aku cuma bisa bilang: aku bersyukur banget. Walau sempat minder di awal karena merasa bukan yang paling ahli dalam praktik lapangan, ternyata aku bisa juga memimpin tim dan ngejalanin kegiatan ini dengan baik. Dan sekarang, aku justru makin semangat buat terus berkontribusi, melanjutkan ide-ide seru lainnya yang bisa mendukung peningkatan kualitas tenaga kesehatan di tempatku bekerja.
“Perawat dan bidan bukan hanya bekerja dengan tangan, tapi juga dengan hati. Dan leadership bukan tentang berada di depan, tapi tentang memastikan semua orang bisa maju bersama.”
"Leadership is not about being in charge. It is about taking care of those in your charge." (Simon Sinek)
Dan terakhir, aku mau bilang terima kasih yang sebesar-besarnya buat semua pihak yang udah bantu dan dukung kegiatan ini. Secara khusus, buat dr. Retha, dr. Dewi, Ka Lenny, Mbok Ambar, Eda KC, Mba Lina, Sist Siska, Dede LC, Bro Nunug, Bro Dandy, Bu Empit, semua mentor, vendor alat, sponsor internal maupun eksternal, tim Keperawatan, Farmasi, IT, HRD, Marketing, GAT termasuk teman-teman outsourcing, dan banyak lagi yang nggak bisa aku sebut satu per satu. Kalian semua luar biasa. Tanpa kalian, kegiatan ini nggak akan semeriah dan sebermakna ini.
Semoga semangat kita nggak berhenti di sini. Yuk, terus bergerak, belajar, dan tumbuh bareng demi pelayanan yang makin berkualitas! 💙 Berkalem, Berkah Dalem.
Setelah dua dekade memendam kerinduan, akhirnya langkah kaki ini kembali menjejak tanah Bali — bukan lagi dalam balutan study tour remaja, melainkan sebagai sebuah keluarga kecil yang bertumbuh bersama waktu.
Sejak hari pertama pernikahan, kami tahu bahwa perjalanan seperti ini tidak akan mudah diraih. Pekerjaan yang menuntut tanpa mengenal tanggal merah, ritme hidup yang cepat, dan prioritas keluarga membuat angan-angan honeymoon atau liburan panjang hanya menjadi wacana. Tahun demi tahun berlalu, hingga pada akhirnya, dengan anak pertama yang sudah masuk sekolah dasar dan adik kecilnya cukup besar untuk ikut berpetualang, kesempatan itu tiba.
Tanpa banyak pertimbangan, kami mengambil keputusan nekat — mencari biro perjalanan di sela-sela rutinitas, menemukan "Wisata Bali OKE" lewat pencarian sederhana, dan segera mengunci tanggal keberangkatan. Ramadhan 2025 menjadi saksi keputusan besar itu.
Kami memilih paket tour 3 hari 2 malam, dengan akomodasi di Hotel Grand Livio Kuta yang nyaman dan ramah keluarga. Keberuntungan pun berpihak saat kami dipertemukan dengan Kak Alfan, driver sekaligus tour guide profesional dari Wisata Bali OKE. Dengan keramahan, kesabaran, dan perhatian terhadap kenyamanan anak-anak, Kak Alfan menjadikan setiap destinasi terasa lebih hidup.
Setiap kunjungan ke tempat wisata terasa menyenangkan: tidak terburu-buru, penuh kehangatan, dan sarat cerita. Dari tempat makan pilihan, rute perjalanan, hingga tips lokal, semuanya mengalir alami berkat pendampingan Kak Alfan.
Di hari ketiga, setelah menyelesaikan paket tour, kami memutuskan melanjutkan petualangan secara mandiri. Berbekal pencarian cepat melalui aplikasi daring, kami menemukan Hotel Brits Legian — pilihan yang ternyata melampaui ekspektasi. Dua malam terasa begitu singkat di hotel yang menawarkan kenyamanan luar biasa.
Untuk menjelajahi sudut-sudut Bali lebih bebas, kami menyewa mobil kecil dari Bali Harum Trans, rekomendasi dari seorang sahabat lama Titus, yang akhirnya kami juga sempat berjumpa dengan keluarga barunya di Bali. Mobil kecil yang kami sewa itu membawa kami ke banyak tempat, termasuk ke Gereja Katedral Denpasar untuk mengikuti misa mingguan — sebuah momen spiritual yang mempererat perjalanan batin kami sekeluarga.
Semua berjalan dengan harmoni: rejeki yang datang tepat waktu, kesempatan yang diambil dengan keberanian, dan Bali yang menyambut kami dengan tangan terbuka.
Pulau Dewata, terima kasih untuk kenangan ini. Sampai bertemu lagi — mungkin dalam perjalanan yang lebih panjang, lebih berani, dan tetap penuh keajaiban.
Anak sulungku seorang anak perempuan yang cantik dan ceria. Sejak bayi hingga masa balitanya, ia selalu memancarkan keceriaan dan pesona yang sulit diabaikan. Wajahnya yang manis mencerminkan darah campuran Thionghoa dari ayahnya dan Jawa dari aku, ibunya. Karena sehari-hari lebih banyak berinteraksi denganku dan nenek dari pihak ibuku, ia tumbuh dengan logat Jawa yang kental meski tinggal di tanah Banten, di mana mayoritas orang berbicara dalam bahasa Sunda dan Indonesia.
Foto 1 : Perdana Konser Solo Drum (umur 4,5 tahun)
Serasa waktu berlalu begitu cepat. Saat usianya menginjak empat tahun, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia seni, khususnya musik. Kami mencoba berbagai kursus—menyanyi, piano, keyboard—namun tak satu pun yang membuatnya benar-benar tertarik. Sampai akhirnya dia memilih drum. Alat musik pukul yang mungkin terdengar tidak lazim untuk anak perempuan, justru menjadi media ekspresinya yang paling kuat. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir, ia sudah tampil tiga kali di konser umum.
(Foto 2: Konser ke- 2 di MCT, umur 5.5 tahun)
(Foto 3: Bersama Coach Fahri dan Bp.Ir Purwa Tjaraka)
Ada hal unik lain tentang dirinya: kecintaannya pada bahasa dan budaya Jawa. Ia dengan fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa, membuat guru dan teman-temannya tercengang. Bagiku, itu adalah hal yang menyentuh—betapa anakku mampu merangkul warisan budaya meski berada jauh dari akarnya.
(Foto 4: Solo Drum, umur 6.5 tahun)
Kini, usianya sudah tujuh tahun. Ia memakai seragam putih merah dan melangkah ke dunia sekolah dasar. Perubahannya sangat terasa. Dari anak TK yang sangat tergantung pada orang tua, kini ia mulai menikmati dunianya sendiri. Ia lebih mandiri, mulai memiliki tanggung jawab ringan, berani mengutarakan pendapat, memutuskan sikap, bahkan menggali siapa dirinya sebenarnya.
Salah satu momen penting yang memengaruhi kedewasaannya adalah kehadiran adik perempuan yang terpaut hampir lima tahun dengannya. Ia mulai memahami bahwa perhatian orang tua kini harus dibagi. Kadang aku merindukan sifat manjanya, tetapi aku juga takjub melihatnya tumbuh menjadi kakak yang bisa mengatur diri dan membantu tanpa diminta.
(Foto 5: Kakak dan Adik)
Di sekolah, ia memiliki lebih banyak teman dibanding saat TK. Ia dikenal ceria dan terbuka. Ia menyapa siapa saja, bahkan mereka yang tidak menyukainya sekalipun. Ia berkata bahwa kita tidak harus menyukai semua orang, tapi tidak boleh membenci mereka. Suatu ketika, ia sangat sedih karena difitnah oleh seorang teman yang iseng padanya. Namun dari kejadian itu, ia belajar memilih pertemanan dengan bijak tanpa memusuhi siapa pun.
Menjelang ulang tahunnya yang ketujuh, ia mengejutkanku dengan sebuah ide. Ia ingin merayakan dengan cara berbeda. Bukan pesta besar untuk satu kelas, melainkan mengundang 15 teman pilihannya dari berbagai kelas untuk memasak bersama. Ia ingin mereka belajar mengolah makanan—dalam hal ini pizza—agar bisa menghargai proses dan bersyukur atas makanan yang tersedia di salah satu gerai pizza. Sebagian besar nama temannya bahkan tidak kukenal. Tapi itulah dia—penuh kejutan, punya cara sendiri dalam menyayangi orang-orang di sekitarnya. Melihat semua ini, aku hanya bisa bersyukur. Ia mengajarkanku banyak hal tentang cinta, ketulusan, dan keberanian menjadi diri sendiri.
Untukmu, Kakak...
Hari ini kamu sudah berusia tujuh tahun. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu kecil, memelukmu setiap malam, dan membisikkan lagu nina bobo di telingamu. Sekarang kamu tumbuh jadi anak yang cerdas, penuh semangat, dan begitu lembut hatinya.
(Foto 6: Bersama teman-teman yg siap memasak bersama)
Ibu dan Ayah tidak pernah meminta kamu untuk menjadi sempurna. Kami hanya ingin kamu terus tumbuh menjadi dirimu sendiri—anak perempuan yang bahagia, yang tahu bahwa ia dicintai, dan yang berani mencintai dunia dengan caranya sendiri.
Kami harap, kamu tetap menjadi pribadi yang penuh kasih seperti sekarang. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda. Jadilah anak yang punya pendirian, tapi tetap rendah hati. Jadilah anak yang kuat, tapi juga tahu kapan harus menangis. Jadilah anak yang tahu caranya memberi, tanpa takut kehabisan cinta di dalam dirinya.
Dan jika suatu hari nanti kamu mulai ragu pada dirimu sendiri, ingatlah selalu: kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepada kami. Kamu sudah membawa begitu banyak pelajaran hidup, bahkan sebelum kamu bisa menuliskannya sendiri.
(Foto 7: Kerja Tim Bikin Pizza)
Kami, orang tuamu, akan selalu ada di belakangmu. Kadang kami salah, kadang kami tidak mengerti, tapi satu hal yang pasti: kami mencintaimu tanpa syarat..
Terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan tawa, cerita, dan pelajaran berharga.
Selamat ulang tahun, anakku.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih indah dengan kehadiranmu di dalamnya.
Terima kasih, Kakak, sudah hadir di hidup kami. Selamat menapaki usia baru. Langit luas menanti langkahmu—terbanglah setinggi yang kamu mau. Berkalem, Berkah Dalem.
Nuansa Paskah tahun ini berbarengan dengan momentum kelahiran anak kedua, setahun yang lalu. Nah, biasanya hari ulang tahun adalah saat yang ditunggu-tunggu karena identik dengan perayaan, pesta, kado dan makanan enak. Belum lagi ucapan selamat dan doa-doa yang diberikan dari orang sekitar, membuat hari ulang tahun terasa begitu spesial.
Namun perayaan hari ulang tahun tidak harus dirayakan secara mewah dan meriah. Yang terpenting hari ulang tahun menjadi momen untuk mengingatkan kita bahwa pertambahan usia harus disertai dengan perubahan sifat dan sikap yang lebih baik, dan cukup dirayakan secara sederhana dengan keluarga apalagi usia yang baru pecah telor alias baru merayakan ulang tahun pertama.
Tahun 2024 ini menjadi lebih unik dan ringan, karena perayaan ulang tahun yang boleh dirayakan bersama keluarga, anak-anak BIA Lingkungan, dan sudah tidak nomaden. 👍 Perayaan ulang tahun anak kedua ini tidak seribet persiapan ulang tahun anak pertama, karena anak pertama sudah bisa membantu, dan perayaan ini benar-benar tanpa campur tangan keluarga diluar keluarga inti. Kakak yang sangat antusias membantu mengatur acara, meramaikan suasana, dan bisa mengajak adiknya untuk diajarkan cara bersenang-senang di pesta ulang tahunnya. Terimakasih sudah tumbuh dan berkembang dengan baik sampai di tahun pertama ini ya, Nak! Semoga panjang umur, sehat selalu, tumbuh dengan baik, cerdas. Selamat datang di masa Batita ya Bitta! Kompak terus sama kakak ya. Lanjutkan ya nak, happy di masa Balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, entah nanti berkeluarga atau membiara!
sudah lama aku tidak menyentuh laman ini. Sungguh, menjalani sebagai istri, ibu, dan pekerja itu tidak mudah, sama seperti menjalani hidup apabila menjadi ibu rumah tangga 24 jam, pasti makin ga mudah. Semua ibu didunia ini ternyata hebat-hebat.
Tahun 2022 merupakan tahun pengulangan dari 6 tahun silam, perbedaannya adalah yang lalu aku berperan sebagai calon ibu yang sedang menantikan putri pertamanya lahir kedunia, dan persiapan untuk menghadapi peran baru yaitu menjadi seorang Ibu. Saat itu aku meliburkan diri dari profesi sejenak selama kehamilan, berbeda dengan saat ini yang aku lalui bersama profesi dengan beragam persoalan yang ada.
Suatu hari, aku masih sibuk dengan persoalan Covid-19 yang masih tak terlihat akhirnya. Kasus itu meningkat tajam dan menurun landai, begitu juga yang dihadapi ditempat kerja. Ditengah meroketnya angka positif Covid - 19, aku mendapat dua garis positif yang menandakan hormon HCG sedang menguasai diriku. Hal ini membuat aku menjadi terbatas dalam berkarya ditengah profesi yang kuperankan, ditambah pada saat itu sedang mempersiapkan Akreditasi Rumah Sakit.
(Persiapan persalinan)
Selamat berproses buah rahimku, kataku menyapa yang ada diperut, sambul menghitung HPHT dan HPL yang mana jatuh pada perayaan Paskah tahun depan 2023. Aku menjadi teringat masa lalu, dimana calon anakku berpulang pada saat hari raya Jumat Agung, dan anak pertamaku hadir pada saat ulang tahun pernikahan dan hadir pada saat perayaan Imlek 2018.
(saat hari ulang tahun pernikahan)
Benih ini hadir menemani selama 9 bulan 10 hari didalam rahimku, dan tepat di hari ke 11 nya dia lahir kedunia. Meringkas sedikit selama kehamilan anak bungsu yang hadir di tahun 2023 ini, ada banyak warna cerita. Pada kehamilan muda disibukkan dengan hiperemis gravidarum hebat hingga 2 kali harus menjalani perawatan lanjutan di fasyankes, melalang buana dengan jarak tempuh hampir 600 km dari tempat tinggal dengan kendaraan pribadi, sibuk dalam per akreditasi an rumah sakit, hingga pada penantian kelahiran, tidak kunjung kontraksi hingga batas maksimal yang wajar.
(Saat misa syukur dirumah dengan pose yang beragam)
Pada saat hari kelahiran, anak kedua ini tidak mau kalah bersaing dengan kakaknya. Sang kakak butuh 4 jam pembukaan kala 1, sedangkan adiknya membutuhkan waktu 2 jam pembukaan kala 1 dan sama sama lahir di ufuk timur. Selamat datang anggota keluarga junior :)
🔊 PLISSS, PATUHI PROTOKOL PEMERINTAH RI & KEMENTERIAN KESEHATAN RI.
(Foto 1: Dokter RMO, Perawat, dan Ns.Teps)
BAB 1
Saya Nurse (Ners), sejak 2010 (lulus) telah terpanggil untuk membantu semampu saya dalam pelayanan kesehatan. Saat ini saya juga membantu dalam memutus mata rantai penularan covid -19 dengan dedikasi saya menjadi perawat.
Setia menjadi garda depan dan perjuangan menjadi pertahanan terakhir, membuat saya menjaga jarak hampir 3 bulan terhadap orang-orang yang paling saya sayangi dirumah yaitu 70th, mertua 65th, suami 35th, anak 2th, ipar 25-32th. TIDAK MUDIK, MENERAPKAN SOCIAL DISTANCING, PERSONAL HYGINE.
BAB 2
Dan ini merupakan kisah saya selama hampir 3 bulan ini dalam pandemi covid-19. Untuk itu saya berterima kasih kepada saudara-saudari terkasih yang mendukung saya selama berperang melawan si koko rona yang kasat mata.
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Bapa Yosep
Suami tercinta dr Parmadi, Ananda Brigitta Bellvania, Yangti, Ama Akong, Saudara kandung & saudara ipar, keluarga besar Purwodadi Grobogan, keluarga besar Jakarta, Solo, Sukoharjo Jogjakarta.
Bp.Uskup, Romo, Bruder, Frater, Suster di Indonesia maupun di Luar Negeri, termasuk umat di Paroki Hati Yesus Keluarga Kudus Purwodadi, Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Daan Mogot Tangerang, Paroki Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga Katedral Jakarta, Paroki St.Petrus & Paulus Mangga Besar Jakarta.
Teman-teman sejawat medis di KJ: dokter, nurse, hca, radiografer, plebotomy, dan teman-teman non medis KJ: para admin, FO, Cleaning Service, Team Keamanan, dll, Organisasi PPNI dan kenalan sejawat di tempat lain.
Para sahabat, teman-teman di manapun kalian berada.
Alumni Stikes St. Elisabeth Semarang & Alumni Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta
Siloam Kelapa Dua (KD), pusat rujukan Covid-19 di Tangerang, manajemen, para tim medis maupun non medis, khususnya Para dokter, perawat, volunteer yang bertugas di Lantai 5, Lantai 6, petugas kebersihan, Lab, Radiologi, FO, Sekurity. Plus para survivor medis maupun non medis yg dirawat bersama-sama di KD.
Para simpatisan/pemerhati para tenaga medis maupun non medis yang terpapar di KD.
Pemerintah RI , Kementerian Kesehatan, Keamanan, dan siapa saja yang mendukung dalam memutuskan rantai virus pandemi ini.
(Foto 2 : Berpamitan dgn suami pra isolasi)
BAB 3
□ Februari 2020, protokol kerja saya di Out Patient Department (OPD), Skrining Pengunjung, Staf untuk Mengisi Formulir Kesehatan, termasuk keluhan, riwayat perjalanan. Memisahkan pengunjung/pasien yg beresiko infeksi maupun yang tidak. Alat Pelindung Diri (APD) kerja Level 1
□ 02/03, media mengumumkan Kasus 1 Covid 19, di Depok. 04/03, Pengunjung tidak jujur saat mengisi form kesehatan, bertemu saya di fase interaksi, assesment awal. Setelah di confirm ulang, riwayat tgl 02/03 tiba dari USA, dgn keluhan bapil, demam tinggi, sesak napas. Selain itu mungkin bisa juga terparar dari pengunjung lain yang datang di sarana pelayanan kesehatan bertemu dengan saya dengan riwayat paparan sebelumnya.
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video diatas)
□ 11/03, media mengumumkan kasus covid meninggal di RI pertama kali. Saya mengalami suhu badan sumeng (suhu 37'5 -37'9), keletihan di semua sendi tubuh, kelelahan (fatique) selama 2 hari. Saya masih berfikir bahwa saya pasti hanya kelelahan, karena dua pekan terakhir Out Patient Departemen tempat saya bekerja mulai diserbu banyak pengunjung lebih banyak dari biasanya karena kepanikan dengan kehadiran virus yang ditemukan pertama di Wuhan itu sudah masuk ke Indonesia.
□ 13/03, Demam 38.7, batuk pilek ringan, indra pengecap bermasalah, sakit menelan, sakit kepala (chepalgia). Akhirnya saya berobat, setelah diperiksa dokter, dokter menanyakan riwayat perjalanan kemana saja selama 14 hari sebelum muncul gejala sakit? riwayat kontak dengan suspet 2019-nCoV maupun kasus terkonfirmasi 2019-nCoV? mengunjungi pasar hewan? Dari semua pertanyaan itu, saya menjawab kegiatan saya selama 14 hari sebelum muncul gejala sakit hanya aktifitas pulang pergi ke lokasi pekerjaan, selebihnya adalah kegiatan dirumah sebagai ibu rumah tangga dan tidak pergi keluar. Kegiatan belanja rumah saja dilakukan secara online (hehehe, maklum mama muda jaman now), kegiatan ibadahpun kebetulan di 2 pekan sebelumnya absen karena piket sunday clinic. Satu-satunya point lain yang bisa dijawab dari pertanyaan dokter adalah kontak langsung dengan penunjung yang saya ceritakan di pertemuan dinas dari awal bulan Maret.
□ Setelah selesai dilakukan assesmet awal oleh dokter, dokter membuka resep untuk mulai diminum yaitu Azytromicyn 500mg, Thiamcort 4mg, Summagesic 600mg, Pantoprazole 40mg, Acetylcystein 200mg. Ujian yang lain datang, ternyata saya memiliki alergi terhadap salah satu obat yang diberikan, akhirnya terjadilah reaksi anafilaksis (alergi obat/reaksi keracunan, reaksi yang ditimbulkan saat itu chestpain dengan skala nyeri 9 dari nilai nyeri 1-10, serta muncul urtikaria / keluar pulau - pulau di kulit yang panas, merah dan gatal). Saya panik, karena dirumah hanya berdua dengan baby, sedangkan suami sedang praktek jaga malam 24 jam di kantornya. Saat itu suami sedang bertugas sendiri, dan tidak mungkin meminta teman sejawatnya malam-malam menggantikan posisi prakteknya menggantikannya. Saya ambil jalan lain, nekat malam-malam melakukan konferensi telemedicine kepada atasan saya yang seorang dokter, meminta pertimbangan untuk antisipasi tindakan mandiri yang saya lakukan dirumah. Untungnya atasan saya merespon dengan cepat dan belum tidur, beliau memberikan saran untuk menghentikan konsumsi terapi yang diberikan sementara oleh dokter, menyarankan jika masih bisa diatasi rasa nyeri dadanya dan tahan dengan urtikarianya dipakai istirahat, tapi jika tidak tahan segera datang ke Emergency Depaertement atau IGD terdekat untuk penanganan cepat. Saat itu saya teringat memiliki persediaan obat anti-alergi (golongan obat antihistamin) di meja praktek suami dirumah, lalu saya bertanya apakah kondisi darurat saat ini boleh mengkonsumsinya dalam 1 dosis, atasan saya menyetujui. 1 jam kemudian, reaksi anafilaksis teratasi. Saya pun lega.
□ 16/03, Akhirnya saya kembali berobat, menghentikan obat yang mengundang alergi dan diresepkan obat baru. Dokter juga memberikan surat istirahat dan wajib melaksanakan karantina mandiri. Tingkat keamanan APD di lingkungan rumah sakit di Jakarta mulai diperketat termasuk tempat saya bekerja, APD mulai naik level menjadi APD level 2 dan level 3. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang karena syndrom simtomatik, cemas dan panik dugaan tertular karena memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri meskipun tidak memiliki gejala-gejala khas virusnya si koko rona ini. Cek darah: CBC (complete blood count), CRP (c-reaktif protein) hasil normal. 17/03, CT Scan Lung 1, dan Hasil nya ditemukan Ground-glass opacities (GGO) di kedua paru kesan Viral Pneumonia. 18/03 Dilakukan metode Swab Polymerase Chain Reaction (PCR) pemeriksaan ini menggunakan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan. Lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus bereplikasi. Tanggal 18/3 dilakukan Swab PCR 1, hasil keluar tgl 25/03 pagi-pagi sekali dari manajemen kantor menelepon, hasilnya positif Covid-19. Ya Tuhan, ternyata begitu cepat replikasi virus ini.
(Foto 3: Pamit dgn Yangti & Anak pra isolasi)
□ 25/03, Isolasi RS rujukan Covid Siloam Kelapa Dua. Cek Darah: Analisa Gas Darah (AGD) untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh. Bayangin aja Cek AGD yang dilakukan pada pasien dengan kondisi sadar penuh, sakitnya kayak apa?
Sebenarnya saat tiba di Siloam Kelapa Dua, sudah tidak ada keluhan, sama sekali tidak ada keluhan yang saya rasakan. Tetapi karena terkonfirmasi positif covid, dirumah memiliki keluarga yang memiliki kriteria resiko penularan, saya lebih aman berada ditempat ini.
□ 26/03, Swab PCR ke.2 (+), mulai terapi antibiotik, antivirus dan chloroquine selama 2 minggu. Dari semua terapi obat, menariknya adalah Chloroquine ini sangat familiar dengan pengobatan pasien malaria. Sehari saya mendapatkan dosis 600 mg perhari (4tablet), obat ini termasuk jenis obat keras, dan memiliki efek samping yg membuat saya menderita selama mengkonsumsi obat ini selama 2 minggu antara lain mual, rasa ingin muntah, kepala serasa melayang, dan oleng. Selain masalah kesehatan saya mengalami mental drop, Isolasi ketat, serangan stigma negatif dan mendapat serangan dampak stigma sosial di lingkungan tempat tinggal. Sungguh, rasanya seperti mendapat hukuman alam yang mematikan.
(Foto 4: Terapi farmakologi pengobatan)
□ Ritual Swab terus bejalan, Tanggal 29/03 PCR ke 3 hasilnya samar, antara positif dan negatif. Tanggal 04/04 dilakukan PCR ke 4 dan hasilnya positif. Tanggal 06/04 cek darah CBC dan CRP hasilnya normal. Tanggal 09/04 dilakukan ulang CT Scan Lung ke 2, hasil nya GGO masih ada, hari itu juga test PCR ke 5, hasilnya positif. Mental semakin terguncang, semakin stres membaca aktifitas Watshapp grup dan media berita covid. Mengalami harga diri rendah, jauh dari Tuhan, aktifitas senam di ruang perawatan mulai menjadi rutinitas pribadi dengan bermodal android dan aplikasi youtube. Video Call (VC) dengan keluarga dirumah hanya 1x sehari, agar tidak terbawa hati yang cemas dan mengganggu keseimbangan imunitas. Suatu hari, anak saya (2th) membuang muka saat VC dan menangis pertama kalinya karena rindu kepada maminya yang pamitnya kerja ga pulang-pulang. Hati saya kembali meleleh.
(Foto 5: Olahraga virtual sesama survivor)
□ Tanggal 15/04 PCR ke 6 dan hasilnya positif, Tanggal 20/4 PCR ke 7 dan hasilnya masih positif, Tanggal 27/04 PCR ke 8 hasilnya positif. Keluhan???? Sama sekali tidak ada!!! Tapi saya ga boleh nyerah, Kegiatan yang saya lakukan diruang isolasi adalah cuci tangan terus tiap kegiatan sekecil apapun sebelum dan setelahnya, cuci hidung dengan Larutan Infus NaCl 0.9% 30 ml per lubang hidung 3x sehari, senam - senam kecil, nyanyi-nyanyi dengan aplikasi karaoke Smule, memaksakan diri bahagia dengan cara tersendiri nonton drakor yg lucu-lucu di aplikasi ViU, HOQQ dan Vidio.com. Kegiatan mandiri untuk melawan penyakit ini, saya biasakan minum air putih 30 ml/kgBB/hr, mulai haus konseling spiritual dengan perbanyak diskusi iman dengan pemuka agama (boleh sama aktifis spiritualitas), perbanyak waktu ibadah, menghindari nimbrung atau menutup WA Grup sementara, massage relaksasi dengan Kutus-Kutus Healing Oil, perawatan wajah dan rambut (masker wajah, scrup, masker rambut, dll), mewarnai buku gambar dengan pensil warna sambil mendengarkan Streaming Radio Favorit masing-masing (kalo saya Delta FM) untuk mengurangi kejenuhan dan kegiatan monoton.
□Tanggal 28/4 CT Lung ke 3, Kesan gambaran paru GGO hilang. Tanggal 01/5 Rapid Test, ternyata hasilnya IgM & IgG reaktif. Saya mulai memperketat kebersihan hidung dan mulut. Semakin rajin kumur-kumur dan gurgle dengan Bethadine Kumur, Hisap-hisap dengan permen antiseptik strepsil, meditasi dengan latihan relaksasi nafas dalam, sambil mendengarkan Afirmasi positif rekomendasi AiF-Training nya Bapak Andyiwan Iswanto, menciptakan suasana yang nyaman sambil mendengarkan Musik Taize, dan Relaxation, jika memungkinkan berjemur, melakukan aktivitas senam sore (Combat/Muaythai/poco-poco 30 menit) by Virtual. Yang ga kalah menarik yaitu pesan makanan minuman online yg membuat susasana hati jadi semangat (ijin dulu sama dokternya tapi, boleh ga hehehe)
(Foto 6: Ruang perawatan saat masih +covid)
□ Tanggal 02/5 PCR ke 9 positif, Sebuah proses yg luar biasa panjang dan menguji kedewasaan pribadi saya saat ini banyak yang mulai menguatkan dari sesama pasien (ada yang nakes maupun masyarakat umum yg dirawat juga di Kelapa Dua). Beryukur juga banyak komunitas rohani yang mengajak berdoa dan sharing rohani. Jika mengandalkan diri sendiri, Sudah ga tau ke mana arahnya, mungkin bisa berfikir ke arah tindakan negatif karena merasa tak sembuh-sembuh (tapi untung ga berfikir sampai disana). Sampai saya hampir ada niatan untuk menulis surat wasiat untuk keluarga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
(Foto 7: Jadwal Swab oleh dr.Niken Sp.THT)
□ 08/5 PCR ke 10 negatif, mulai timbul perasaan OPTIMIS (ini yg keliru, karena berfikir bahwa sekali swab negatif, berikutnya akan negatif juga, dan syarat pulang harus double negatif berturut-turut). Disitu sudah membayangkan beberapa hari lagi pulang dan bisa ketemu baby dirumah, suami dan orangtua.
□ 11/5 PCR ke 11, Positif. Hatiku hancur berkeping2, mental kembali down. Ditambah lagi Ditambah lagi, saat berada di isolasi itu, saya ngobrol sesama pasien, dia menceritakan bahwa selama dirawat disana hasil swab PCR nya membuat saya semakin pesimis untuk sembuh. Bagaimana tidak, 9x swab yg dialaminya hasilnya positif, positif, positif, positif, negatif, positif, positif, dan akhirnya baru negatif, negatif lalu pulang.
□ Kegiatan positif yang saya jalani membuahkan hasil, karena pengaruh spiritual yang terbentuk, menggugah hati untuk tetap setia menantikan hasil yang terbaik. Menyesal tidak mendengarkan saran dari Pak Tung Desem Waringin waktu memberikan Dirrect Message ke saya, Optimis itu pasti. Ketika terjadi yang tidak diharapkan hasilnya KECEWA. Saran Pak Tung, harus jadi orang POSITIF, siap akan ketidakpastian, Menerima Keadaan dengan Bersyukur dan tetap mau maju. Dan mulai saat itu juga, saya merubah semua pikiran saya ke arah positif. Imunitas humoral sangat berperan dalam proses penyembuhan. Jika kita sudah makan makanan sehat, minum air dg jumlah sesuai kebutuhan tubuh, vitamin dan obat teratur, kebiasaan hygine yg sehat, tapi faktor stres tidak dihindari, maka peningkatan imunitas tubuh gagal merespon.
(Foto 8: Kegiatan Spiritual sbg booster imun)
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video)
□ Tanggal 16/5 PCR ke 12, Aku merasakan sudah biasa diambil sampel swab saking sudah terlalu banyak, sudah kebal merasakan sakitnya dikorek2 hidung hingga masuk ke tenggorokan dalam hitungan 5-8 detik, kadang tak jarang pasien yg memiliki mukosa hidung tipis sampai berdarah. Hasil swab ini tak segera keluar seoerti biasanya hingga sampai pada hari jadwal swab berikutnya baru diumumkan bahwa hasil nya negatif.
□ Kegiatan spiritual lebih ditingkatkan, karena saya seorang Katolik, saya mencoba lebih tekun dan setia dalam berdoa Rosario, Novena 3x Salam Maria, Novena Kepada Bunda Maria yang selalu menolong, Doa Jiwa Kristus bisa dibaca di Puji Syukur No 212.
□ Tiba saatnya tanggal 19/5, hingga saat itu, saya sama sekali tidak memikirkan hasil swab berikutnya akan kembali positif lagi atau double negatif. Saya serahkan semuanya kepada Tuhan, saya menerima apapun hasil yang terbaik bagi saya. Saya lebih menyibukkan diri dengan mengikuti seminar keperawatan nasional virtual.
(Foto 9: Keg.Virtual Satgas Covid-19 PPNI)
□ Tanggal 19/5 PCR ke 13, yang dirasakan hanya menanti mukjizat Tuhan. Bila Tuhan menghendaki, aku pasti sembuh. Orang tua, Suami, anak, Bapa Uskup, Para Romo Suster Bruder, Sahabat, Keluarga, teman profesi dan sejawat memberikan semangat moral kepada saya. Banyak juga dukungan kiriman makanan, barang, dan apapun yg disumbangkan oleh orang-orang baik yang tidak saya kenal berdatangan terus sebagai tanda kepedulian. Dengan kekuatan doa dan harapan merekalah yang membuat saya bertahan dan terhibur hingga saat terakhir swab ke 13.
(Foto 10: Pindah Kamar, saat Negatif 1x)
□ 20/5 Rontgen thorax PA hasil baik, Cek Darah CBC dan CRP hasil normal.
Hari yang penuh kemuliaan Tuhan, hasil dari buah kesabaran, keihklasan saya menjalani isolasi RS selama kurang lebih 2 bulan. Syukur kepada Allah atas ujian yang boleh saya lewati dan selalu didampingi oleh Tuhan sehingga proses isolasi di RS berjalan dengan lancar. Mendapat kabar hasil swab ke 13 Negatif, jadi double negatif, dan hari itu saya bisa pulang kerumah, dan melanjutkan karantina mandiri dirumah 14 hari kedepan.
(Foto 11: Gembira, obat yang paling manjur)
(Klik tanda play ➧ untuk memutar video)
□ 21/5 Membuka lembaran hidup baru, Karantina mandiri, ruang terpisah dengan keluarga, rutin cuci kedua lubang hidung dengan air infus NaCl 0.9% ( natrium klorida) sebanyak 30 cc tiap lubang hidung / bisa diganti dengan larutan air bercampur garam garam 3x sehari, kumur2 dengan air garam juga, hisap-hisap permen yang mengandung antiseptik seperti Strepsil dan Gurggle dengan Bethadine Kumur pagi dan sore sesuai saran cantik dari suami, dr. Naomi, dr.Markus, dr.Prisca dan beberapa dokter lainnya yang menjadi partner kerja di kantor. Kegiatan lain yaitu Jemur pagi hari 30 menit, olahraga 30 menit tiap hari, istirahat cukup. Melakukan aktifitas rumah dengan prinsip social distancing, pakai masker, cuci tangan berkala, minum multivitamin yang diberikan bekal dari perawatan seperti, multivitamin dan Zink (zegavit/ultravita). Dan saya menambah suplemen lain antaranya Stemcell Salmon dari Jepang yaitu AFC SOP 100+ (ada juga utsukushhii), Vitamin D3 (saya pakai NOW D3 1000 iu), Vitamin C, K tambahan seperti CDR / Redoxon. Minum air putih minimal 30 ml/kgBB/hari, susu, buah. Menyediakan waktu banyak dan khusus untuk berdoa. Jangan lupa selalu bahagia, hati yang gembira adalah obat yang paling manjur.
(Foto 12: Bertemu anak setelah lama LDR)
BAB 4
□ Saya tidak pernah menyesal dengan resiko yang saya alami sebagaimana saya seorang perawat (Ners), ini sebuah dedikasi saya sebagai tenaga ahli perawat, profesi yang sangat saya banggakan. Panggilan jiwa saya adalah melayani masyarakat. Saya senang menjadi perawat yang ikut menangani pasien, ketika pasien sembuh, itu suatu kebahagiaan.
□ Saya ingin mengajak para pembaca sekalian, bahwa covid 19 ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang siapa dia, tidak bisa dipastikan akan sembuh dalam 14 hari saja, karena ini adalah jenis virus baru, belum ditemukan obat yang paten dan masih dalam penelitian lanjut. Saya sendiri telah mengalami, tanpa memiliki penyakit penyerta, usia yang tergolong masih produktif, dan saya adalah seorang praktisi kesehatan yang aktif dibidangnya, menjalankan proses pemulihan di isolasi rujukan covid hampir 2 bulan. Please, corona ga sebecanda itu.
□ Saya ingin mengajak kita semua untuk ikut terlibat dalam mengurangi dampak meluasnya penularan virus Covid-19 ini. Tahan jalan-jalannya, tahan pulang kampung atau mudik dan kunjungan kerumah keluarga. Taati protokol pemerintah maupun pusat kesehatan yang ditunjuk secara resmi dalam menurunkan angka prnularan. Seharusya kita semua mengeri bahwa ini bukan permainan. Usaha para petugas medis sudah sangat berjuang disini, tak sedikit juga sebagian mereka tumbang dan mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk menyelamatkan orang lain.
□ Sebenarnya ada cerita lain yang belum saya ceritakan disini, yaitu suami yang sempat skrining covid, dan melakukan Pindai CT Lung hingga Swab, dan karantina. Anak saya yang mendadak harus terpisah dengan kedua orang tua, dan terpaksa ditinggal berdua dengan Yangti nya yg sudah lansia dengan aktifitas terbatas. Adanya beberapa gosip tak benar yang menyebar disekitar lingkungan tempat tinggal yang membuat keluarga terisolasi, dan hal lain terkait pekerjaan ditengah pandemi dll. Tetapi semua cerita itu tidak akan saya ceritakan kembali, karena semakin mengingatkan saya kepada kepahitan hidup dan faktor tercepat yang dapat menghancurkan kekuatan imunitas humoral saya.
(Foto 13: Kata Kunci Sehat jauh dari virus)
BAB 5
□ Yuk yang sehat, jaga kesehatan. Patuhi protokol yang sudah ditetapkan. Cuci tangan, banyak kuman tak terlihat yang jahat disekitarmu. Gunakan masker jika berinteraksi dengan orang lain. Kita ga akan tau bahwa kita ini ternyata carrier atau tidak. Maskermu melindungiku, maskerku pasti melindungimu. Jangan Ndablek !! Saya sudah cukup ambyarrr dengan mendengar bertambahnya jumlah terpapar akibat ketidak disiplinan.
□ Buat yang sakit, ayo semangat, selalu berfikir Positif. Agar imunitas tubuh tetap stabil dan berkualitas, sehingga nantinya bisa meningkatkan gairah kesembuhan. Para tenaga medis adalah pertahanan terakhir, sedangkan garda terdepan adalah diri kalian sendiri.
Yang sakit, jangan takut segera berobat. Jangan bohongi tenaga medis saat mereka ingin membantu. Selebihnya, pasrahkan kepada Tuhan. Tuhan mempunyai rencana, dan rencana Tuhan selalu indah dan terbaik.
(Foto 14: Coretan saat dirawat, banyak arti)
□ Berdoa, kita ikhlaskan semua yang kita alami kepada Tuhan. Saya percaya, Tuhan akan selalu menjaga kita. Tahan mudik, pulang kerumah keluarga bisa berkali-kali, tapi jika sudah pulang kerumah Bapa di Sorga, hanya 1x, dan tidak akan bisa kembali.
Semoga kasih Tuhan menguatkan kehidupan kita semua, agar kita berbelas kasih pada sesama dan semesta. Amin