This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Sabtu, 10 Mei 2025

Infus Drama & Tim Solid: It's a Wrap!

Beberapa waktu lalu, aku dapat kesempatan yang cukup bikin jantung deg-degan jadi leader dalam sebuah workshop pemantapan untuk teman-teman perawat dan bidan di rumah sakit tempatku bekerja. Buatku pribadi, ini bukan pengalaman pertama terlibat dalam pelatihan. Tapi kali ini rasanya beda, karena tanggung jawabnya jauh lebih besar. Bukan cuma bantu-bantu, tapi benar-benar memimpin jalannya kegiatan ini dari awal sampai akhir.

Jujur, aku bukan pelatih bersertifikat lengkap. Tapi selama ini aku sering ikut ngurusin diklat internal dan pernah juga jadi pembicara di pelatihan nasional online, kayak Hiperkes untuk tenaga medis. Jadi, meskipun nggak punya “title” resmi, aku tetap berusaha total dan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, terutama dari orang-orang hebat yang pernah jadi penggerak kegiatan serupa.


Yang bikin makin menantang, workshop ini harus jalan dalam waktu 3 minggu, dibagi jadi 4 batch, dan diikuti sekitar 200 perawat dan bidan. Tantangannya bukan cuma soal materi atau pelaksanaan, tapi juga soal menyusun jadwal yang pas. Bayangin aja: mereka semua tersebar di banyak unit, punya jadwal dinas 3 shift, dan kita tetap harus jaga supaya kegiatan ini nggak ganggu hari libur mereka. Tapi PUJI TUHAN, semua bisa diatur dengan dukungan banyak pihak yang solid.

Selama pelatihan berlangsung, banyak kejadian seru yang benar-benar nggak terduga. Misalnya, perawat yang biasanya kerja di area rawat jalan yang sehari-hari nggak pegang infus ternyata justru tampil jago saat praktik, terutama dalam komunikasi terapeutik dan keluwesan saat hands-on. Di sisi lain, perawat yang dikenal paling jago nge-infus karena tugas di unit favorit malah kelihatan takut saat ditusuk jarum infus, bahkan ada yang hampir nangis dan panik. Di situ aku sadar, pengalaman memang penting, tapi rasa percaya diri dan kenyamanan juga punya peran besar.




Lucunya lagi, beberapa tenaga kesehatan lain yang bukan perawat atau bidan juga pengen ikut belajar infus. Dan, mereka berhasil! Bahkan ada yang langsung bisa pasang infus pakai jarum ukuran besar yang biasanya dipakai buat pasien operasi. Keren banget. Ada juga yang bawa vitamin injeksi sendiri buat dicampur ke cairan infus waktu praktik. Kreatifnya luar biasa!

Tapi dari semua momen itu, yang paling bikin hati hangat adalah semangat para peserta. Meskipun ada yang lagi puasa, nggak enak badan, atau baru aja lepas shift panjang, mereka tetap datang dan ikut kegiatan ini dengan antusias. Bahkan ada yang bilang, “Kapan lagi bisa belajar langsung, bareng-bareng, sambil praktik gini?”

Yang bikin aku makin terharu, nggak ada satu pun dari mentor atau panitia yang mengklaim kesuksesan acara ini sebagai hasil kerja pribadi. Semua bilang ini karena kerja tim. Kita saling bantu, saling topang, dan punya tujuan yang sama: pengembangan diri dan peningkatan mutu layanan.



Setelah semua batch selesai, aku cuma bisa bilang: aku bersyukur banget. Walau sempat minder di awal karena merasa bukan yang paling ahli dalam praktik lapangan, ternyata aku bisa juga memimpin tim dan ngejalanin kegiatan ini dengan baik. Dan sekarang, aku justru makin semangat buat terus berkontribusi, melanjutkan ide-ide seru lainnya yang bisa mendukung peningkatan kualitas tenaga kesehatan di tempatku bekerja.

“Perawat dan bidan bukan hanya bekerja dengan tangan, tapi juga dengan hati. Dan leadership bukan tentang berada di depan, tapi tentang memastikan semua orang bisa maju bersama.”

"Leadership is not about being in charge. It is about taking care of those in your charge."
(Simon Sinek)


Dan terakhir, aku mau bilang terima kasih yang sebesar-besarnya buat semua pihak yang udah bantu dan dukung kegiatan ini. Secara khusus, buat dr. Retha, dr. Dewi, Ka Lenny, Mbok Ambar, Eda KC, Mba Lina, Sist Siska, Dede LC, Bro Nunug, Bro Dandy, Bu Empit, semua mentor, vendor alat, sponsor internal maupun eksternal, tim Keperawatan, Farmasi,  IT, HRD,  Marketing, GAT termasuk teman-teman outsourcing, dan banyak lagi yang nggak bisa aku sebut satu per satu. Kalian semua luar biasa. Tanpa kalian, kegiatan ini nggak akan semeriah dan sebermakna ini.

Semoga semangat kita nggak berhenti di sini. Yuk, terus bergerak, belajar, dan tumbuh bareng demi pelayanan yang makin berkualitas! 💙 Berkalem, Berkah Dalem.




Ciakar, 10 Mei 2025

Senin, 28 April 2025

"Menjejak Impian Dua Dekade di Pulau Dewata"

Setelah dua dekade memendam kerinduan, akhirnya langkah kaki ini kembali menjejak tanah Bali — bukan lagi dalam balutan study tour remaja, melainkan sebagai sebuah keluarga kecil yang bertumbuh bersama waktu.

Sejak hari pertama pernikahan, kami tahu bahwa perjalanan seperti ini tidak akan mudah diraih. Pekerjaan yang menuntut tanpa mengenal tanggal merah, ritme hidup yang cepat, dan prioritas keluarga membuat angan-angan honeymoon atau liburan panjang hanya menjadi wacana. Tahun demi tahun berlalu, hingga pada akhirnya, dengan anak pertama yang sudah masuk sekolah dasar dan adik kecilnya cukup besar untuk ikut berpetualang, kesempatan itu tiba.

Tanpa banyak pertimbangan, kami mengambil keputusan nekat — mencari biro perjalanan di sela-sela rutinitas, menemukan "Wisata Bali OKE" lewat pencarian sederhana, dan segera mengunci tanggal keberangkatan. Ramadhan 2025 menjadi saksi keputusan besar itu.
Kami memilih paket tour 3 hari 2 malam, dengan akomodasi di Hotel Grand Livio Kuta yang nyaman dan ramah keluarga. Keberuntungan pun berpihak saat kami dipertemukan dengan Kak Alfan, driver sekaligus tour guide profesional dari Wisata Bali OKE. Dengan keramahan, kesabaran, dan perhatian terhadap kenyamanan anak-anak, Kak Alfan menjadikan setiap destinasi terasa lebih hidup.

Setiap kunjungan ke tempat wisata terasa menyenangkan: tidak terburu-buru, penuh kehangatan, dan sarat cerita. Dari tempat makan pilihan, rute perjalanan, hingga tips lokal, semuanya mengalir alami berkat pendampingan Kak Alfan.
Di hari ketiga, setelah menyelesaikan paket tour, kami memutuskan melanjutkan petualangan secara mandiri. Berbekal pencarian cepat melalui aplikasi daring, kami menemukan Hotel Brits Legian — pilihan yang ternyata melampaui ekspektasi. Dua malam terasa begitu singkat di hotel yang menawarkan kenyamanan luar biasa.

Untuk menjelajahi sudut-sudut Bali lebih bebas, kami menyewa mobil kecil dari Bali Harum Trans, rekomendasi dari seorang sahabat lama  Titus, yang akhirnya kami juga sempat berjumpa dengan keluarga barunya di Bali. Mobil kecil yang kami sewa itu membawa kami ke banyak tempat, termasuk ke Gereja Katedral Denpasar untuk mengikuti misa mingguan — sebuah momen spiritual yang mempererat perjalanan batin kami sekeluarga.

Semua berjalan dengan harmoni: rejeki yang datang tepat waktu, kesempatan yang diambil dengan keberanian, dan Bali yang menyambut kami dengan tangan terbuka.

Pulau Dewata, terima kasih untuk kenangan ini. Sampai bertemu lagi — mungkin dalam perjalanan yang lebih panjang, lebih berani, dan tetap penuh keajaiban.

Minggu, 20 April 2025

Harmoni dalam Pelayanan




(Foto 1: Partisipasi dalam Membaca Puisi) 


Di lorong-lorong sunyi penuh harap,
Langkah berpadu, hati menyatu mantap,
Mereka datang bukan sekadar bekerja,
Tapi membawa cinta dalam setiap kata.

Tak peduli warna kulit atau suara,
Tak penting asal-usul atau budaya,
Di mata mereka—pasien adalah jiwa,
Yang layak disembuhkan, dijaga, dan dijaga.

Tangan-tangan cekatan menyalurkan harapan,
Dalam denyut nadi dan senyum menenangkan,
Meski di luar badai terus menerpa,
Mereka tetap berdiri, tak pernah goyah rasa.

Karena ikhlas adalah nafas pertama,
Dan senyum adalah bahasa semesta,
Di balik masker, tersimpan ketulusan,
Yang tak tampak, tapi menghidupkan harapan

Di lorong putih harapan menyala,
derap langkah tak pernah sendiri,
kami berdiri bukan hanya sebagai insan,
tapi jiwa-jiwa yang terpaut visi.

Tak kami tanya dari mana kau datang,
tak kami beda warna kulit, bahasa, atau budaya,
karena sakit tak kenal golongan,
dan kami di sini — untuk semua, setara adanya.

Dalam tiap sentuhan, senyum pun bicara,
meski lelah kadang menyapa jiwa,
di balik masker ada hati yang terbuka,
melayani dengan ikhlas, tulus tanpa jeda.

Bersama, kami bukan sekadar tim,
kami harmoni dalam irama yang sama,
mengobati tak hanya dengan ilmu,
tapi dengan cinta, doa, dan rasa percaya

Ada badai di luar ruang kerja,
namun kami tak goyah dalam tugas mulia,
karena kami tahu, harapan itu nyata
saat pasien pulang dengan tawa.

Saling menopang di tengah tekanan,
Saling menguatkan saat lelah menjeratkan,
Tim yang berbeda, tapi satu tujuan,
Melayani hidup, dengan hati yang tulus dan ringan.

Mereka bukan sekadar petugas atau tenaga,
Mereka pelita di ruang penuh asa,
Bekerja bukan karena terpaksa,
Tapi karena cinta pada sesama manusia.

Dalam langkah yang satu irama,
terpadu hati, menyatu jiwa,
tak kenal lelah, tak hitung daya,
kami berjalan demi cinta yang nyata.

Di tengah gelap, kami membawa cahaya,
dalam riuh, kami bisikkan asa.
Setiap tangan yang terulur,
adalah janji yang kami jaga sepenuh nur.

Tak sendiri meniti jalan,
karena kami adalah pelita dalam pelayanan.
Satu tujuan, satu semangat,
menyulam kasih tanpa syarat.

Ciputra Hospital jadi ladang pelayanan,
dengan misi yang tak sekadar ucapan,
kami hidupkan visi dalam tindakan,
demi kesehatan yang menyentuh kehidupan

Dan di sana, di setiap tawa dan air mata,
kami temukan harmoni yang tak ternoda,
karena dalam kebersamaan yang tulus dan murni,
pelayanan menjadi puisi yang abadi.


Ciakar, 13 April 2025
Seruan kami, pelita bergaris putih


(Foto 2: Bersama partner dalam berpuisi)

(Foto 3: Menjadi Salah Satu Puisi Pilihan, foto bersama Direktur RS)




Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

 Dibalik Usia Tujuh: Cinta dan Perubahan

Anak sulungku seorang anak perempuan yang cantik dan ceria. Sejak bayi hingga masa balitanya, ia selalu memancarkan keceriaan dan pesona yang sulit diabaikan. Wajahnya yang manis mencerminkan darah campuran Thionghoa dari ayahnya dan Jawa dari aku, ibunya. Karena sehari-hari lebih banyak berinteraksi denganku dan nenek dari pihak ibuku, ia tumbuh dengan logat Jawa yang kental meski tinggal di tanah Banten, di mana mayoritas orang berbicara dalam bahasa Sunda dan Indonesia.


Foto 1 : Perdana Konser Solo Drum (umur 4,5 tahun)
Serasa waktu berlalu begitu cepat. Saat usianya menginjak empat tahun, ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia seni, khususnya musik. Kami mencoba berbagai kursus—menyanyi, piano, keyboard—namun tak satu pun yang membuatnya benar-benar tertarik. Sampai akhirnya dia memilih drum. Alat musik pukul yang mungkin terdengar tidak lazim untuk anak perempuan, justru menjadi media ekspresinya yang paling kuat. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir, ia sudah tampil tiga kali di konser umum.




(Foto 2: Konser ke- 2 di MCT,  umur 5.5 tahun)
(Foto 3: Bersama Coach Fahri dan Bp.Ir Purwa Tjaraka)

Ada hal unik lain tentang dirinya: kecintaannya pada bahasa dan budaya Jawa. Ia dengan fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa, membuat guru dan teman-temannya tercengang. Bagiku, itu adalah hal yang menyentuh—betapa anakku mampu merangkul warisan budaya meski berada jauh dari akarnya.
(Foto 4: Solo Drum, umur 6.5 tahun)

Kini, usianya sudah tujuh tahun. Ia memakai seragam putih merah dan melangkah ke dunia sekolah dasar. Perubahannya sangat terasa. Dari anak TK yang sangat tergantung pada orang tua, kini ia mulai menikmati dunianya sendiri. Ia lebih mandiri, mulai memiliki tanggung jawab ringan, berani mengutarakan pendapat, memutuskan sikap, bahkan menggali siapa dirinya sebenarnya.

Salah satu momen penting yang memengaruhi kedewasaannya adalah kehadiran adik perempuan yang terpaut hampir lima tahun dengannya. Ia mulai memahami bahwa perhatian orang tua kini harus dibagi. Kadang aku merindukan sifat manjanya, tetapi aku juga takjub melihatnya tumbuh menjadi kakak yang bisa mengatur diri dan membantu tanpa diminta.

(Foto 5: Kakak dan Adik)
Di sekolah, ia memiliki lebih banyak teman dibanding saat TK. Ia dikenal ceria dan terbuka. Ia menyapa siapa saja, bahkan mereka yang tidak menyukainya sekalipun. Ia berkata bahwa kita tidak harus menyukai semua orang, tapi tidak boleh membenci mereka. Suatu ketika, ia sangat sedih karena difitnah oleh seorang teman yang iseng padanya. Namun dari kejadian itu, ia belajar memilih pertemanan dengan bijak tanpa memusuhi siapa pun. 

Menjelang ulang tahunnya yang ketujuh, ia mengejutkanku dengan sebuah ide. Ia ingin merayakan dengan cara berbeda. Bukan pesta besar untuk satu kelas, melainkan mengundang 15 teman pilihannya dari berbagai kelas untuk memasak bersama. Ia ingin mereka belajar mengolah makanan—dalam hal ini pizza—agar bisa menghargai proses dan bersyukur atas makanan yang tersedia di salah satu gerai pizza. Sebagian besar nama temannya bahkan tidak kukenal. Tapi itulah dia—penuh kejutan, punya cara sendiri dalam menyayangi orang-orang di sekitarnya. Melihat semua ini, aku hanya bisa bersyukur. Ia mengajarkanku banyak hal tentang cinta, ketulusan, dan keberanian menjadi diri sendiri.

Untukmu, Kakak...

Hari ini kamu sudah berusia tujuh tahun. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu kecil, memelukmu setiap malam, dan membisikkan lagu nina bobo di telingamu. Sekarang kamu tumbuh jadi anak yang cerdas, penuh semangat, dan begitu lembut hatinya.

(Foto 6: Bersama teman-teman yg siap memasak bersama)
Ibu dan Ayah tidak pernah meminta kamu untuk menjadi sempurna. Kami hanya ingin kamu terus tumbuh menjadi dirimu sendiri—anak perempuan yang bahagia, yang tahu bahwa ia dicintai, dan yang berani mencintai dunia dengan caranya sendiri.

Kami harap, kamu tetap menjadi pribadi yang penuh kasih seperti sekarang. Jangan pernah takut untuk menjadi berbeda. Jadilah anak yang punya pendirian, tapi tetap rendah hati. Jadilah anak yang kuat, tapi juga tahu kapan harus menangis. Jadilah anak yang tahu caranya memberi, tanpa takut kehabisan cinta di dalam dirinya.

Dan jika suatu hari nanti kamu mulai ragu pada dirimu sendiri, ingatlah selalu: kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan titipkan kepada kami. Kamu sudah membawa begitu banyak pelajaran hidup, bahkan sebelum kamu bisa menuliskannya sendiri.

(Foto 7: Kerja Tim Bikin Pizza)
Kami, orang tuamu, akan selalu ada di belakangmu. Kadang kami salah, kadang kami tidak mengerti, tapi satu hal yang pasti: kami mencintaimu tanpa syarat..

Terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan tawa, cerita, dan pelajaran berharga.
Selamat ulang tahun, anakku.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih indah dengan kehadiranmu di dalamnya.

Terima kasih, Kakak, sudah hadir di hidup kami. Selamat menapaki usia baru. Langit luas menanti langkahmu—terbanglah setinggi yang kamu mau. Berkalem, Berkah Dalem.