This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Kamis, 25 Juni 2009

PENCERAHAN

Banyak definisi tentang pencerahan/enlightenment yang berkembang dimasyarakat, salah satunya Immanuel Kant, yang memberi definisi pencerahan sebagai : keluarnya manusia dari ketidakmatangan yang diciptakannya sendiri. Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmampuan seseorang menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain. Ketidakmatangan semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tetapi karena kurangnya determinasi dan keberanian menggunakan pemahaman sendiri. Motto pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah menggunakan pemahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).

Dari definisi ini kita melihat bahwa Kant menganggap pencerahan bukan semata-mata kondisi intelektual di mana seseorang merasa terbebaskan berpikir dan bertindak, tetapi yang terpenting adalah bahwa pencerahan itu berarti kematangan berpikir dan sanggup melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Yang dimaksud “bantuan orang lain” di sini adalah penggunaan otoritas luar secara berlebihan sehingga menghalangi seseorang berpikir independen. Inti pencerahan bukanlah pemikiran itu sendiri, tetapi bagaimana seseorang berani menggunakan akal-pikirannya (sapere aude!).

Pendapat lain mendefinisikan Pencerahan sebagai suatu pengalaman yang dipicu oleh stimulus dari luar kemudian terjadi proses kematangan kesadaran akan kebenaran, pemahaman nyata, perbaikan diri , adanya sesuatu yang agung/luarbiasa/diluar nalar dan logika yang menimbulkan perbaikan diri dan terbukanya pola pikir dan bertindak yang baru akan konsep diri, hidup, Ketuhanan, lingkungan dan universal yang bersifat mikrokosmos dan makrokosmos.

Seringkali kita dihadapkan pada suatu masalah/pilihan/kebimbangan dan keraguan yang membawa diri kita pada suatu dilema dan mempertanyakan mengapa semua masalah/pilihan/kebimbangan/keraguan ini terjadi pada diri kita? Bahkan ada pertanyaan siapakah yang mengatur semua kejadian (misal, kita tidak pernah meminta jadi pria/wanita) dan rahasia alam ini? Atau belum adanya pemahaman dan kesadaran atas konsep kepasrahan serta keiklasan diri pribadi yang sering menimbulkan keresahan, ego, emosi negatif dan konflik diri.

Beberapa pemahaman yang berdasarkan ritual, turun temurun atau tradisi, ataupun suatu dogma membawa kepada suatu perubahan pada pola berpikir yang kini mulai banyak dipertanyakan, mulai berani dikupas, di ulas dalam berbagai tulisan, diskusi kelompok maupun dalam berbagai seminar. Semua ini merupakan cerminan adanya suatu perubahan pola pikir dan pemahaman baru yang boleh dibilang sebagai suatu pencerahan.

Jadi pencerahan disini bisa diartikan sebagai munculnya pemahaman baru, pengertian baru, menjadi manusia baru, cara pandang baru ataupun suatu perubahan mendasar dari cara-cara lama ke cara pandang dan pemahaman baru yang bersifat membangun /memberi suatu pelajaran (instructive).

Pencerahan/enlightenment menjadi momok yang banyak dibicarakan dan dikejar karena adanya realitas baru dalam tatanan sosial masyarakat yang mulai sadar arti keberagaman, peningkatan spiritual, kesadaran pribadi dan hukum universal. Kesadaran tentang diri pribadi sebagai manusia yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan spiritualnya, kesadaran akan keesaan Tuhan dan realitas alam semesta beserta semua rahasiaNya, kesadaran akan peningkatan pengetahuan dan semua hukum universal yang membawa manusia kepada pencerahan.

Melalui pengetahuan yang terus berkembang banyak hal, tradisi, dogma2, realitas spiritual, rahasia alam semesta dan universal mulai terkuak atau terbuka baik melalui seminar2, forum diskusi, meditasi ataupun pengalaman nyata, semua hal yang dulunya terselubungi menjadi lebih jelas dan terbuka. Manusia mulai membangkitkan pengetahuan dirinya untuk menggunakan nalar dan akal bebasnya sehingga mendapatkan suatu pemahaman baru yang terbebas dari intervensi pihak lain.

Pencerahan mendasar dalam diri pribadi dapat diawali dengan munculnya kesadaran akan misi hidup di dunia saat ini, kesadaran bagaimana ego diri harus dinihilkan dan di satukan dengan ego ilahi untuk bisa mencapai kebahagiaan tak terbatas, kesadaran akan hikmah atas suatu kejadian, kemampuan pengendalian diri dan mempertahankan sikap pasrah dan iklas, kesadaran untuk bersikap welas asih termasuk dalam pencerahan terhadap konsep diri pribadi.(bab 1)

Seperti yang dialami oleh seorang sahabat yang baru pertama kalinya merasakan arti kenikmatan hidup berbagi. Dimana pengalaman ini terjadi begitu saja dalam kesehariannya yang tidak di sadari membawa perubahan dalam dirinya. Suatu pencerahan.

Begini, pada suatu minggu siang sahabat saya sedang berjalan menyusuri kompleks pertokoan onderdil dan assesories kendaraan bersama anak lelakinya yang berusia sepuluh tahunan. Setelah cukup lama berjalan menyusuri pertokoan tersebut dan telah mendapatkan apa yang dicarinya, tiba-tiba sang anak meminta uang sebesar lima ribu rupiah. Sang ayah tentu saja heran dan bertanya untuk apa uang tersebut ? Sang anak menyebut untuk membeli sebungkus roti manis seharga tiga ribu rupiah dan sebotol air mineral dari pedagang asongan yang ada disampingnya. Sang ayah tidak memberi dengan mengatakan : Nak, tahanlah laparmu , sebentar lagi kita akan makan di restaurant X ( sambil menyebut restaurant franchaise yang sangat terkenal). Roti tadi itu murah, pasti tidak enak nak, dan pasti tidak bergizi. Begitu alasan sang ayah. “ Bukan untukku Yah” kata sang anak. “Lalu untuk siapa?” Tanya sang ayah sambil membayar assesories mobil yang telah dipilihnya sejumlah tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Itu untuk kakek itu yah! Tunjuk si anak kearah seorang kakek gelandangan yang tampak sedang mengais tong sampah yang terletak di toko sebelah. Jangan Nak, kakek itu gila, jorok dan sepertinya berbahaya. Tuduh sang ayah sambil berjalan kearah mobilnya. Sang anak diam saja sambil mengikuti sang ayah menuju mobilnya.

Sang anak mengambil uang sebesar lima ribu dari dalam tasnya dan bergegas berlari kearah penjual roti untuk membeli sebungkus roti dan sebotol air mineral dan segera memberikan kepada sang kakek gelandangan tadi. Sang kakek terlihat meneteskan air mata dan menengadahkan tangannya mendoakan sang anak agar menjadi anak yang berbahakti kepada orang tuanya dan dimurahkan rejeki oleh Tuhan yang maha esa serta mengakhirinya dengan ucapan terima kasih. Lalu sang anak kembali kepada sang ayahnya dan berterima kasih kepada sang ayah yang telah menunggunya. Sang anak berkata: ”Terima kasih Yah, tadi aku telah didoakan oleh kakek tadi menjadi anak yang berbhakti kepada orang tua dan murah rejeki nantinya. Pasti Tuhan akan mendengar doa kakek tadi yang iklas mendoakan aku ya yah?” Ucap anak itu.

Begitu terharunya sang ayah akan peristiwa tadi yang telah menyadarkannya untuk bisa berbagi, berempati, lebih memperhatikan orang tuanya yang telah tiga tahun tidak pernah ditengoknya dan betapa malunya ia pada sang anak yang telah mengorbankan uang sakunya demi menolong orang. Dan betapa berartinya pemberian kecil tadi bagi si kakek tersebut. Sebuah pencerahan bagi sang ayah. Kini sang ayah lebih menghargai setiap rejeki yang di dapatnya, lebih perhatian kepada orang tuanya dan menghormati seseorang tidak lagi dari penampilannya tetapi dari kekayaan hatinya. Sebuah pembelajaran yang sangat berharga.

Pencerahan akan konsep spiritual dan ketuhanan bisa berupa kesadaran ke “Maha” kuasa/esa/bijaksana – an Tuhan selaku Kreator seluruh kejadian dan alam semesta. Kesadaran bahwa adanya hidup setelah kematian, penerimaan akan adanya alam lain/gaib diluar alam manusia, Pemahaman kemana selanjutnya roh kita akan menuju, sehingga dengan pengetahuan, pemikiran dan akal bebasnya manusia bisa menemukan jawaban atas semua hal tersebut. (bab II)

Beberapa kali kejadian fenomena kesurupan masal terjadi di beberapa tempat yang seakan menyadarkan betapa sudah tidak diperhatikannya keberadaan mahluk lain selain manusia yang ada disekitar kita. Fenomena kesurupan massal seakan merupakan bentuk protes dari mahluk gaib akan pengakuan keberadaan mereka dan juga seolah-olah bentuk protes mereka kepada mahluk yang namanya manusia untuk menghormati dan saling menjaga keseimbangan alam. Karena tidak dipungkiri bahwa seluruh alam terhubung secara energi. Penghancuran suatu komunitas alam akan mempengaruhi komunitas lainnya juga, secara energi baik langsung maupun tidak langsung. Pengerusakan alam sehingga menimbulkan kebakaran, banjir dll juga mengakibatkan dan mengguncang alam gaib karena adanya hukum keterhubungan energi tadi.

Pencerahan dalam hubungannya dengan alam semesta atau universal memberikan suatu pemahaman dan kesadaran akan pentingnya menjaga keselarasan, kelestarian dan keseimbangan alam semesta. Pemahaman bahwa Tuhan menciptakan berbagai macam energi yang ada di alam untuk bisa dimanfaatkan dan memiliki saling keterhubungan yang juga harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manuasia. Kesadaran akan kesalahan pengeksploitasian dan diabaikannya keseimbangan alam selama ini mulai menyadarkan banyak orang akan efek Global warming. Ini salah satu contoh pencerahan akan keseimbangan alam yang harus dijaga dan di atur pemanfaatannya secara arif dan bijak.

Jika kita sadar betapa singkatnya hidup kita dan betapa barharganya waktu hidup kita, maka tak pelak lagi banyak orang yang berusaha memperbaiki kualitas hidupnya untuk bisa bertemu dan kembali kepada sang Khalik. Hierarki pencerahan itu berupa pencerahan terhadap misi pribadi, pemahaman mengenai manusia, pemahaman mengenai hidup, pemahaman tentang Tuhan, pencerahan spiritual. Namun di atas itu semua Pencerahan itu membawa kepada peningkatan pengetahuan dan proses peningkatan ruh untuk kembali dan untuk bisa bertemu Sang Khalik.

Dalam bab bab selanjutnya penulis mencoba menyuguhkan bagaimana dan proses yang harus dilalui dan dilakukan guna menuju pencerahan yang diharapkan. Kembali kepada kesadaran awal sebagai manusia yang diberikan kehendak bebasnya untuk mengeksplorasi semua hal maka yang dibutuhkan disini adalah keterbukaan pikiran dan penerimaan secara iklas setiap bentuk realitas yang terjadi