This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pro Ecclesia Et Patria

Bila hatimu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila bebanmu terasa berat hadapilah dengan senyum. Bila imanmu terasa goyah hadapilah dengan doa. Bila terangmu terasa redup panggilah nama Kristus.

Sabtu, 21 November 2009

Pandangan Hidup Ini


Segala sesuatunya berhulu pada pandangan-hidup. Kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang rasanya cocok, sesuai dengan kondisi fisiko-mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat kalau kendati sesuatu rasanya cocok, ia belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang rasanya cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain; bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat berhati-hati.

Kondisi fisiko-mental kita selalu berubah-ubah. Sesuatu yang tadinya terasa amat cocok, bisa berubah drastis kini; sesuatu yang kini terasa amat cocok, bisa samasekali tidak cocok besok. Sementara itu pandangan-hidup tidaklah bisa serta-merta dirubah-rubah untuk selalu disesuaikan dengannya. Sekedar untuk bisa menerima dan meresapi suatu pandangan-hidup tertentu saja, tidaklah mudah dan butuh tak sedikit waktu. Singkatnya, kita hendak mengadopsi sesuatu yang tidak sekedar rasanya cocok, namun yang jelas-jelas baik buat kita dan sebanyak-banyaknya orang. Tapi jangan salah lagi disini; sesuatu yang baik buat sebanyak-banyaknya orang, bukan saja belum tentu baik juga buat kita, namun ia tidak berarti bahwa kita harus ikut-ikutan menganut pandangan-hidup yang dianut oleh banyak orang. Sebab, sangat boleh jadi mereka menganutnya hanya lantaran terlahir dan terjebak di lingkungan penganut pandangan-hidup itu, atau sekedar ikut-ikutan saja.

Yang menganut pandangan-hidup tertentu, akan menganut prinsip-hidup tertentu. Prinsip-hidup inilah yang selalu akan menjadi orientasi-utama seseorang di dalam menjalani hidupnya. Misalnya, seseorang yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini sebagai kesempatan-emas untuk meningkatkan martabat-kelahirannya, maka ia akan berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan guna mengisi kesempatan-emas ini, dimana setiap pemikiran, ucapan dan tindakannya akan selalu ia orientasikan pada yang baik dan bermanfaat untukmeningkatkan martabat-kelahirannya. Lain lagi halnya dengan mereka yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini hanya sekali saja, misalnya. Mereka ini bisa saja juga berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan yang ada, namun guna memperkaya diri sehingga bisa bersenang-senang, bisa memenuhi setiap keinginannya, bisa memuaskan setiap dorongan nafsu-idriawinya. Semua ini mereka lakukan atas-nama menikmati hidup yang hanya sekali ini saja. Itulah yang menjadi orientasi-utama dari setiap pemikiran, ucapan dan tindakan mereka; itulah yang menjadi orientasi-utamanya di dalam menjalani kehidupannya ini.

Orientasi-utama seseorang di dalam menjalani kehidupannya dengan jelas mengekspresikan tujuan-hidup-nya, tujuan yang ia tetapkan berdasarkan pandangan-hidup-nya. Jadi semakin jelas bagi kita kini keterkaitan-erat antara pandangan-hidup, prinsip-hidup, jalan-hidup dan tujuan-hidup. Disadari atau tidak, setiap orang akan selalu berjalan mengarah kepada tujuannya masing-masing. Terlepas dari ras, kebangsaan, etnis, agama, jender, usia, tingkat pendidikan, bidang profesi pun kepribadian masing-masing orang”yang menentukan bagaimana caranya meraih tujuan-hidup-nya itu”rumusan ini tetap berlaku. Ia bersifat universal. Makanya, di dalam memilih, terlebih lagi memilih sebentuk pandangan-hidup”yang nantinya akan sangat menentukan jalan-hidup kita, kita perlu melengkapi diri dengan kemampuan memilah-milah antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang asli dan yang palsu, antara yang sejati dan yang semu. Umumnya, kemampuan ini kita peroleh dari pengalaman dan pengetahuan kita. Namun, hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan kita”yang sangat terbatas”saja, hanya untuk memperoleh kemampuan memilah-milah ini saja, bisa menghabiskan seluruh usia kita. Lantas kapan kita sempat menetapkan suatu pandangan-hidup tertentu untuk dijalani?

Surat Wasiat

KETAMAKAN

Lukas 12:13-21

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan ....”

(Luk. 12:15)

Satu kelemahan dari zaman kita ialah ketidakmampuan yang mencolok untuk membedakan kebutuhan dan ketamakan, demikian ujar Don Robinson, seorang pebisnis.

Seseorang tiba-tiba datang kepada Yesus dan meminta-Nya untuk membantu masalah yang sedang dihadapinya, yakni soal warisan keluarga. Namun Yesus rupanya tidak mau campur tangan dalam persoalan pembagian harta warisan tersebut. Ia justru mengajar orang banyak tentang bagaimana bersikap terhadap harta dan godaan ketamakan. Ia menceritakan perumpamaan tentang seorang yang sangat berlimpah harta bendanya, yang berencana merombak lumbung-lumbungnya lebih besar agar bisa menyimpan harta bendanya yang banyak tersebut. Sama sekali tidak ada dalam pikirannya bahwa di sekelilingnya ada banyak orang yang mati karena kelaparan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah menimbun, menimbun, dan menimbun segala kekayaannya. Ia lupa, bahwa malam itu juga ia bisa berhadapan dengan kematian.

Tuhan Yesus tidak menentang seseorang bekerja untuk menjadi kaya. Bukan kekayaan manusia, tetapi ketamakan manusia yang ditentang-Nya. Ketamakan akan merintangi seseorang untuk berbagi kepunyaannya demi menolong sesamanya yang membutuhkan. Pernahkah kita merasa menyesal ketika memberikan uang kita demi menolong orang lain yang menderita? Kalau kita menjawab Ya, hati-hati, godaan ketamakan mulai mengintai kita.

DOA:

Bapa, sadarkan kami untuk tidak menjadi tamak. Amin